Wajar Saja Kalau Ada yang Bilang Reply 1988 Itu Membosankan (Sebuah Opini)
Halah. Kwkwkkwkw.
Jadi gini guys, diantara kesibukan saya mencuci baju. Sampailah saya pada salah satu hal yang trending di twitter, diantaranya adalah ada yang bilang bahwa Reply 1988 adalah drama yang membosankan.
Ramelah. Seru juga mendengarkan beberapa pendapat lautan manusia.
Sejarah Saya Nonton Reply 1988
Saya buat tulisannya di sini. Judulnya emang agak berbeda dengan ulasan saya terkini. Judulnya adalah 7 alasan kenapa drama korea 1988 layak ditonton. Itu tulisan lama saya banget. Malahan saya mengcopy tulisan itu dari blog lama saya yang sudah digusur kemudian dimasukkan ke tulisan yang ini.
Mari saya bicara dengan jujur.
Saya nonton saat itu masih dengan DVD bajakan hasil minjem teman. Saya nonton kepotong bangat. Jadi nggak gass pol sampai habis. Kemudian karena nggak ada kegiatan, saya pun akhirnya nonton lanjutannya.
Kenapa saya hampir nyerah nonton?
Karena drama model beginian ini bakalan bikin bosen banget di awal.
Tapi setelah saya habiskan dramanya. Saya punya pendapat yang lain soal Reply 1988.
Pernah nonton drama Be Melodramatic nggak?
Pernah nonton drama Hospital Playlist nggak?
Pernah nonton drama Prison Playbook nggak?
Drama-drama yang saya sebutkan adalah drama-drama yang ingin saya lepaskan nonton di awal *maksudnya mau udahan. Tapi setelah menikmatinya, saya malah suka. Memang drama yang saya kasih contoh bisa banget ditinggalkan karena bosan.
Bagi saya, drama-drama di atas punya magisnya tersendiri.
Mungkin Kembali Ke Masalah Selera Saja
Ada yang suka drama detektif dengan misternya.
Ada yang suka drama keluarga dengan kisah perselingkuhannya.
Ada yang suka romance dengan keuwuannya.
Ada yang suka drama sekolah dengan konfliknya.
Maka, wajar saja ada yang bilang Reply 1988 membosankan. Sewajarnya saya memaklumi ada yang bilang Be Melodramatic bikin ngantuk.
Kalau pendapatnya adalah “kok cerita yang biasa gini jadi drama?”
Yaah bisa.
Drama nggak harus wah bukan? Tidak harus pemainnya kaya-kaya. Tidak pula harus penuh dengan orang jahat dan licik.
Toh kehidupan yang sedang kita lakoni dalam hidup itu nggak jauh-jauh dari drama yang biasa aja bukan?
Biasa mengirimi tetangga makanan ketika punya makanan lebih.
Bergaul sama tetangga di depan sambil kipas-kipas ngerumpi.
Bayar tagihan.
Jatuh cinta sendirian. Bangunnya sendirian.
Jatuh cinta sama sahabat sendiri.
Yaah lihat aja sekeliling. Pasti ada tetanggamu yang nikah sama tetangga juga. Ya kan?
Seperti Menu Makanan Jadinya…
Jangankan orang yang bilang Reply 1988 itu bosan.
Saya pernah ada di satu titik dimana semua drama korea menjadi membosankan. Sulit sekali menemukan rasa puas di sana. Semua berakibat tentu saja karena sudah kebanyakan nonton drama dan punya pandangan hidup sendiri soal hidup.
Pernah juga ada titik dimana saya merasa terlalu tua untuk sebuah judul drama.
Kemudian pindah ketitik dimana drama yang membagikan keuwuan tidak lagi memukau dan memikat. Saya malah melipir sama drama yang mengangkat soal perceraian seperti Matrimonial Chaos.
Saya menemukan “nilai” yang nggak saya peroleh saat nonton uwu uwwu drama itu, yang katanya manis-manis itu.
Kadang…
Ketika nonton drama macam Start-Up dimana karirnya bener-bener moncer nggak begitu memukau. Saya kurang terpesona pada tingkatan karir yang karakter pemainnya lakoni. Terhitung mulus.
Saya malah sukanya sama cerita orang susah macam Lee Ji An dalam My Mister. Yang mimpinya sederhana banget. Bisa lepas dari penderitaanya selama ini.
Kalian tahu? Senyumnya Ji An saat istrahat dan ngopi-ngopi bareng teman kantornya adalah sesuatu yang wah banget.
Kalian tahu?
Kalimat “ingin nitip sesuatu” dari mulut ahjussi ke istrinya adalah kalimat yang menyentuh juga. Saya belajar dari sini bahwa kalimat indah bisa saja keluar dari ketulusan. Bukan semacam hadiah mewah. Tapi hal-hal sederhana.
Memilih drama adalah memilih menu dalam suatu hidangan. Menurutmu nggak enak. Menurut yang lain enak.
So, tidak perlu baper kalau ada yang bilang drama kesukaanmu malah jadi yang nggak banget dimata orang lain.
Tidak usah bilang “yaaa nggak usah ditonton.” Nggak gitu caranya Bambang. Saya yakin yang bilang bosan pun punya alasannya.
Jadi…
Kalian belum bosan sama saya kan?
mungkin si TS nonton reply, prison playbook, hospital playlist, waikiki dsb. maraton kali min, terlalu banyak nonton drama sejenis berurutan dg genre yg sama ya jelas membosankan. perlu diselingi drakor yg berat2 kyk saeguk n makjang, hehe
yaaahhh asupan drama yang berbeda udah kayak multivitamin saja. penambah imun guyss. wkwkkw.
ini nih yg kulakuin selama ini..
jadi bikin nonton drakor ga ada bosan nya…
tema nya dituker tuker…
slice of life
hukum
medical
komedi
investigasi
keluarga
office
romentic
politik
school
perselingkuhan
thriller
psikologi
horor
saiguk
tema ringan dan and tema berat harus diselang seling.. mengantisipasi kebosanan…
kadang aku off dulu malah ga nonton apa apa selama seminggu, kalo sdg ga bisa ato susah move on dari drakor yg terakhir
Selera dramamu sama kayak aku min. Suka cerita yg realistis2 aja, slice of life & suka juga yg ttg perselingkuhan/ribut2 rumah tangga gitu. Seiring usia keuwuan yg bikin gumoh itu emang cuma di mimpi, bahkan utk org yg merit sekalipun
akhirnya kita cuma bisa menyaring drama-drama mana yang membuat kita nyaman.
Saya termasuk salah satu yang merasa bosan waktu nonton Reply1988, tapi saya bisa sangat attached ketika nonton My Mister. Satu-satunya hal yang membuat saya jeda nonton My Mister dari satu episode ke lainnya ketika saya merasa sangat nyesek. Padahal dua-duanya slice of life dan realistis. Mungkin karena plot besar di My Mister bagi saya lebih intens dan menarik jadinya waktu nonton tidak merasa bosan. Sepertinya selera saya emang drama slice of life yang cenderung realistis tapi tetep punya plot utama yang seru. Oiya, sepertinya saya juga prefer yang heartbreaking daripada heartwarming wkwkwk
My Mister jadi yang terbaik sejauh ini. versi saya.
hoaaa kirain cuman saya aja yg pas eps 3 sampe 12 ga sanggup nonton Reply 1988 saking ketiduran mulu plus keberisikan denger Doksun yg kalo ngomomg ngalah2in toa mesjid. brasa mulai ok pas 15 sampe 20 …dan ya saking bosennya sampe sekip segitu banyak aja bisa ngikutin huahahhah
tentu saja kamu tidak pernah sendirian dengan menilai drama bagus atau nggak.
apapun dramanya.