Usai Lomba

Setelah lomba marching band selesai hari ini, dan semua rangkaian yang meletihkan. Termasuk jatuh dari gerbang sampai susah jalan dan udah berpikiran buruk tentang kaki selama dua hari. Saya mendapatkan banyak hal.

Bahwa melihat pesaing yang jumlahnya adalah 7 tim unit, membuat saya merasakan ada harga ada rupa sekali.

Tim kami main paling pertama dan saya merasa sebagai tim yang paling buruk pada kacamata yang paling awam.

Para anak-anak yang nggak fokus. Anak-anak yang kurang persiapan matang.

Banyak hal sebelum kami tampil lomba yang rasanya bikin aneh. Seperti sulit sekali mendapatkan perizinan atasan karena alasan dana, nyari-nyari murid yang ilang-ilangan ketika latihan dan beberapa hal lainnya.

Alat seperti perkusi. 90% dapat pinjaman.

Bendera Color Guard nggak dapat pinjaman dan hanya pakai yang ada saja, yang usianya sudah sangat sepuh kalau dibilang.

Jangan salah. Saya sudah ajukan alat-alat baru ke sekolah, tapi nampaknya sekolah punya agendanya sendiri yang nggak saya pahami. Fokus di bangunan.

Tapi ada banyak hal yang bikin saya takjub pada kekurangan-kekurangan kami, meski alatnya busuk, pianika saja dapat bantuan atau milik sendiri, perizinan orangtua yang kadang rada-rada bikin jengkel, serta banyak hal lainnya.

Ternyata, banyak alumni yang masih dukung unit tim.

Ada anak kecil kelas 7 yang dengan mata berbinarnya melihat seseorang yang main perkusi dengan saksama. Fokus dan ingin terus lihat. Saya tahu, waktu di mobil, tangannya berkali-kali bergerak, membayangkan seperti apa nanti akan main perkusi solo.

Tim kami, story tellingnya kurang.

Kostumnya nggak nyambung.

Kurang drama.

Kurang banyak pemain.

Dan pianika kurang terdengar karena perkusi.

Tapi, dari segelintir orang saya melihat “kecintaan”. Orang yang cinta dengan apa yang mereka lakukan.

Oh iya, desember ini saya mengundurkan diri dari pembina eskul ini. Tapi rasanya saya masih sangat mau membantu dengan sebisanya. Saya masih membuka trakteer yang diperuntukkan untuk mimpi-mimpi anak-anak ini.

Kita nggak pernah tahu, anak mana yang nantinya hidupnya akan tertolong, terbantukan, tercerahkan atas aktivitas di eskul ini. Kita nggak pernah tahu barangkali ada anak yang punya banyak pengalaman berharga usai lomba ini.

Oh iya, alasan mimin keluar adalah karena mau ngeles, bayarannya lebih baik. Di sini saya hanya dapat 100rb perbulan. Hehehe, mimin perhitungan soal uang yaaa.

Ya, saya percaya bahwa kemampuan saya membantu orang lain haruslah lebih dahulu saya banyak membantu diri saya sendiri.

Masih menunggu pengumuman lomba. Saya harap, anak-anak dapat penghargaan entah di bagian mana. Meski saya pesimis. Hiks.

You May Also Like

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!