Sinopsis Drama Korea Children of Nobody Episode 6 Part 2

Sinopsis Drama Korea Children of Nobody Episode 6 Part 2 – Episode sebelumnya ada di sini yaaa… untuk selengkapnya kamu bisa baca tulisan yang ini.

“Aku menemukan ini di rumah Park Ji Hye.” Ucap Ji Hun pada Soo Young saat melihat papan peta bukti. *itu lho robekan foto. “Aku merasa aneh. Tapi kasus segera ditutup dan aku pun melupakannya. Baru kali ini aku membaca puisi lagi sejak pelajaran sastra korea di SMA. Tapi selama 6 bulan terakhirm di rumah orang mati dan di samping seorang jenazah, aku menemukan secarik puisi.aneh bukan?”

“Apa mungkin puisi itu berkaitan dengan orang mati?”

“Maksudku, semua ini terlalu aneh untuk disebut kebetulan.”

“Seo Jeoung Ju. Kebetulan saja, dua kalimat puisi itu karangan Seo Jeong Ju.” Ucap Soo Young.

***

Ji Hun pergi ke dokter forensik lagi.

“kadar alkohol dalam drah sebesar 0,23 persen. Obat tidur dengan dosis tinggi. tidak ada cidera luar selain luka bakar kecil di pipi dan penyebab kematian adalah racun karbon monoksida.”

“Itu saja?”

“Aku sudah memastikan soal hipotesis Sherlock-mu. Tidak cocok.” Ucap Dokter.

“Itu hanya obat tidur biasa. Tidak disuntikkan ke tubuhnya. Bisakah orang pingsan secepat itu?”

“Dengar. Alkohol dalam darahnya sebesar 0,23 persen. Artinya dia mabuk berat. Pikirannya tidak jernih. Dalam situasi ini, meski ada api yang berkobar di sampingnya, kemungkinan besar rambutnya akan habis terbakar. Lalu dia akan tidur karena obatnya. Kamu punya alasan menganggap ini pembunuhan? Atau sudah ada tersangkanya? Ada masalah warisan? Atau utang? Jika tidak, apakah politik?preman?”

“Dia hanya penjudi kambuhan kasar. Tidak ada hubungannya dengan uang.”

“Kupikir ada hal lain lagi. Jangan terlalu banyak berpikir. Ini bunuh diri biasa dengan menggunakan arang.” Ucap dokter.

***

Kantor Woo Kyung mulai diperbaiki.

“Pipa air yang terhubung dengan atap mulai usang. Jadi, airnya merembes.kami sudah menangani pipanya dan menambalnya.” Ucap Lee Eun Ho.

“Terima kasih.”

“Sekarang sudah beres. Anda tidak perlu khawatir.”

“Baik….. Emm Tunggu. Aku belum minta maaf dengan sepantasnya. Aku sungguh minta maaf atas kejadian hari itu.”

“Aku tidak mempermasalahkannya.” Eun Hoo pun pergi.

***

Tiba-tiba saja Ji Hun mendatangi kantor Woo Kyung.

“Aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan singkat. Tidak akan lama.”

“Baiklah.”

“Langit-langitnya sudah diperbaiki?itu tampak baru. Bukan hal serius…kali terakhir kemari, aku melihat sebuah gambar di meja sebelah sana. Ada tulisan “saat bulan terbit di atas ladang jelai” pada gambar. Gambarnya ada di sini, pasti karya salah satu anak-anakmu. Bisa beritahu siapa dia?”

“Soal apa ini?”

“Rasa penasaran pribadi?” Ji Hun mengeluarkan foto. “Kamu ingat Park Ji Hye, bukan?”

“Ya.” kemudian foto dibalik. Ada kalimat yang sama.

“Siapa yang menulis ini?” Tanya Woo Kyung.

“Aku belum tahu. Tulisan ini ditemukan setelah Park Ji Hye tewas.

“Saat bulan terbit di atas ladang jelai. Pengidap lepra itu memangsa seorang anak. Ditulis di balik foto orang tua dari anak yang meninggal.”

“Ini jelas bukan puisi anak-anak. Aku ingin tahu anak seperti apa yang menuliskan ini pada gambarnya.”

“Hanya itu alasannya? Alasanmu jauh-jauh kemari hanya mau bertanya siapa penulis satu kalimat pada gambar ini.”

“Satu kalimat puisi ditemukan lagi di jasadnya An Seok Won. tapi puisinya berbeda.”

“Apa bunyi puisinya?”

“Tawa selayaknya binatang yang semanis tangisan. Sulit dipercaya aku membaca puisi.”

“Bukankah itu puisi yang berhubungan dengan kematian ayahnya So Ra?”

“Tidak. Semua itu pasti kebetulan. Tapi, baru sekarang aku berhadapan dengan puisi sebanyak ini. terjadinya pun saat seseorang tewas. Anak yang menuliskan itu pada gambarnya. Dia pasti salah satu klienmu.”

“Bukan.”

“Lantas? Siapa?”

“Aku tidak mengenal anak itu secara pribadi. Dia sudah mati.”

“Apa?”

***

Ahjumma mengetik pesan di rel kereta api. Pesan bertuliskan.

“tampaknya polisi mencurigaiku. Aku harus bagaimana?”

“Kenapa harus khawatir padahal tidak ada bukti?”

“Tetap saja.”

“Tangisan marah. Sut. Diamlah.”

***

Woo Kyung mendapatkan telpon dari ahjumma. Ibunya So Ra.

“Halo?”

“Aku Ibunya So Ra. Kudengar kamu sempat bicara dengan suamiku sebelum dia tewas. Apa maksudmu? Sungguh? Benarkah? Bu Cha. Aku takut.aku takut setengah mati. Kamu tahu aku tidak membunuhnya bukan?”

“Ibu So Ra. Cobalah tenang. Semua akan baik-baik saja. semuanya akan selesai.”

Saat menutup telpon dan mengambil tas. Tak sengaja tas menyenggol rumah-rumahan.

Dan terlihat ada gambar adik perempuan. Woo Kyung pun hanya menatap atap dan mengingat atap yang jebol dalam mimpinya.

****

Soo Young mengatakan pada Ji Hun bahwa dia sudah menemukan di mana tempat pembelian arangnya.

“Di swalayan berjarak 20 menit jalan kaki dari tempat tinggalnya. Posisinya di pojok dan tidak masuk dalam area pencarian awal kami.

***

Di sisi lain. ahjumma Ibunya So Ra berjalan dengan cepat. Dia tiba-tiba saja berhenti di tengah jalan.

****

Karena penasaran. Woo Kyung naik ke atas. di atas, ada ruangan semacam gudang. Pada deretan baju, ia melihat semacam cahaya. Saat disibak. Ada ruangan lagi.

Dalam ruangan itu. di temboknya ada tulisan dengan cat merah yang bertulisakan.

“Hidup yang membusuk dan hancur lebur…. beban kejahatan….”

Dan ada mayat. Mayat perempuan yang sedang duduk.

Bersambung… klik di sini kelanjutannya.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!