Sinopsis Drama Korea Children of Nobody Episode 13 Part 1

Sinopsis Drama Korea Children of Nobody Episode 13 Part 1 – Episode sebelumnya kamu bisa baca di sini. Untuk selengkapnya kamu bisa cari tahu di tulisan yang ini.

“Katakan kepadaku.” Ucap Ji Hun pada Ahjumma.

“Hidup sangat menyiksa. Aku merasa seolah-olah sedang sekarat, lalu seseorang mengenalkanku ke tempat itu. *kayak semacam web. Bukan hanya aku yang menderita. Di dunia, ada begitu banyak suami yang bertindak seperti bedebah. Aku mengeluh tentang dia dan juga dihibur. Lalu aku menerima pesan itu. (pesan bahwa ahjumma tidak boleh memaafkan). Aku dihajar sepanjang malam, tapi esoknya aku sudah harus mengatur meja makan untuk suamiku. lalu mereka mengatakan ini, aku selalu dihajar karena memperlakukannya seperti itu. aku terus lupa dan membiarkannya berlalu. Aku terus memaafkannya.”

“Jadi, mereka memberitahuku bahwa anda  harus membunuhnya? Alih-alih memaafkannya?”

“Aku tadinya mau bunuh diri, tapi aku terlalu takut.” *pesan dari tangisan merah mengatakan itu adalah tindakan bodoh dan membuat semua orang senang.

Episode 13- Red Cry

“Jadi? Orang itu mengajari Anda cara membunuh suami Anda sehingga terlihat seolah-olah dia bunuh diri? Kenapa anda menyerah?”

“Dia bukan manusia. Dia binatang. Tapi dia ayah bayi yang aku lahirkan. Dia masih manusia yang bisa menangis. Aku tidak bisa melakukannya.”

“Anda merencanakannya, tapi tidak melakukannya? Tapi suami Anda tetap saja mati seperti yang direncanakan? Kalau begitu, Red Cry pasti membunuhnya.”

“Red Cry tidak terkait denganku. Kenapa Red Cry membunuh suamiku?”

“Apakah anda pernah bertemu dengan Red Cry? Apa anda pernah menelponnya? Anda pasti tahu dia pria atau wanita. Apakah orang ini benar-benar ada?”

“Tentu saja. apakah kamu tidak percaya kepadaku?”

“Aku tidak punya alasan untuk memercayai kata-kata Anda.”

“Aku tidak berbohong.”

“Ahjumma ingin aku ingatkan jumlah kebohongan yang sudah ahjumma katakan?”

“Ini bukan kebohongan. Ini adalah kebenaran.”

“Ada hal lain yang akan ahjumma katakan? Kebenaran akan terungkap saat kami menyelidikinya. Untuk saat ini, tersangka adalah ahjumma.”

***

Eun Ho selesai membuat sketsa. “Gambarnya akan lebih realistis apabila diberi warna. Kenapa?”

“Dia sangat mirip dengannya.”

“Gambaran yang kamu berikan sangat jelas seolah-olah dia ada di sini.” Eun Ho kemudian mulai memberikan cat air berwarna hijau.

“Terima kasih. Kamu terlalu baik.”

“Aku tahu bagaimana rasanya. Aku yakin kamu tahu itu, tapi tidak dapat mengingatnya. Aku memimpikan hal yang sama beberapa kali sebelumnya. di mimpi itu, ada meja besar di sebuah ruangan. Rasanya seperti tempat yang aku kenal, tapi aku tidak bisa mengingatnya.”

“Kamu akhirnya mengingatnya?”

“Ya, itu sesuatu yang tidak ingin aku ingat. Saat itulah aku tahu. Yang ingin kamu hapus dari ingatanmu terkadang bisa benar-benar terhapus.”

***

Ibu sedang mengurus Se Kyung dan tak lama Woo Kyung pun datang.

“Kamu sudah membayar tagihan rumah sakit?” Tanya Ibu.

“Ya. mereka bilang akan ada pembukaan untuk kamar 4 orang. Jika kita beruntung, dia akan pindah bulan depan.”

“Kita biarkan saja dia di sini. tidak banyak perbedaan.”

“Kita tidak tahu Se Kyung akan berapa lama seperti ini. ayah juga tidak meninggalkan banyak uang.”

“Ayahmu meninggalkan uang yang cukup untuk ibu.”

“Ibu banyak melewati banyak masalah tanpa Ayah.”

“Kamu mengatakan Aku Ibu Tiri di saat Ibu lupa akan itu.”

“Apa artinya itu?”

“Kamu berkata Ibu mau mengurus putri yang tidak Ibu lahirkan.”

“Omoo, Ibu minder? Ibu memiliki album foto lama di rumah?”

“kenapa? kamu mengambil semuanya saat kamu menikah.”

“Aku pikir juga begitu, tapi aku tidak punya foto ibu kandungku.”

“Ayahmu membuang semuanya.”

“Kenapa?”

“dia mungkin menjaga perasaan ibu ketika menikah lagi.jangan salah paham. ibu tidak memintanya. Dia melakukannya sendiri.”

Woo Kyung memperlihatkan sketsa yang dibuat oleh Eun Ho. “Apa itu?”

“Ini anak yang kuceritakan. Sulit menggambarkannya dengan kata-kata.”

“Jadi kamu menggambarnya?”

“Ya, ibu pernah melihatnya?”

“Tidak.”

Se Kyung pun dimajukan. Ia tak sengaja melihat sketsa anak kecil itu. mimiknya berubah.

Karena masih penasaran. Woo Kyung mencari di sosial media. Tapi masih belum jelas hasilnya.

***

Ji Hun dan rekan detektifnya mencoba mengirim pesan seperti yang ahjumma lakukan. Pesan itu akan terhapus begitu ada seseorang yang membacanya. Jadi bukti tentang percakapan Red Cry sangat sulit didapatkan.

“Maksudmu? Kemungkinan ahjumma Kim berbohong?” Tanya Ji Hun pada rekannya.

“Dia cukup beran berjalan-jalan dengan menyamar sebagai suaminya. Dia bisa melakukan apa saja. kita tidak punya alasan untuk percaya kepadanya.”

Dan tanpa babibu… Soo Young membawa berkas. “Kita mengetahui identitas Red Cry”

“Siapa?”

“Park Ji Hye. Park Ji Hye yang terbunuh enam bulan yang lalu.”

***

“Park Ji Hye meninggal 6 bulan lalu. Dia bergabung dengan situs web dua bulan kemudian pada 23 mei. Seseorang memakai informasi pribadi seseorang yang sudah mati. Nama panggilan yang digunakan adalah Red Cry. Satu puisi yang muncul pada foto Park Ji Hye adalah puisi “kusta”. Apakah ini kebetulan?” Ucap Ji Hun saat di rapat.

Soo Young menambahkan. “Empat wanita lain selain Kim Dong Sook, mendapatkan pesan dari Red Cry dan melakukan percakapan daring. Suami mereka kasar dan mengancam anak-anak mereka, itu merupakan kesamaan. Obrolan daringnya sama.”

“Apakah semua suami dari ahjumma itu mati?” Tanya Detektif Hong.

“Ketika pembunuhan disarankan, mereka memotong kontak karena takut. Suami mereka masih hidup.”

“Red Cry mendekati mereka dengan cara yang sama. tapi hanya Kim Dong Sook yang memakan umpan.”

“Ya. satu dari lima bukan rasio yang buruk.”

Detektif Hong bicara. “Orang-orang menyukai hal-hal aneh seperti itu.”

“ada hal aneh lainnya. Baris puisi ini ada di sebelah An Seok Won. penyair So Jeong Ju. Kamu pasti tahu. Kamu bekuliah di unersitas terbaik korea. di samping jasad Lee Hye Sun. Kamu tahu puisi itu.”

“Orang gila macam apa yang membunuh orang berturut-turut lalu meninggalkan puisi?” Ucap Detektif Hong.

“Kamu mengakuinya.”

“Mengakui apa? Tanya Pak Hong.

“Membunuh orang berturut-turut.bukankah itu pembunuhan berantai?”

“Ahh aku tidak punya maksud bicara begitu.”

Detektif lainnya bicara. “Saat ada kasus individual dengan korban yang berbeda yang ditemukan di tempat situs terpisah. Menurut ensiklopedia, itu pembuhunan berantai, Kapten.”

“Sial.”

“Berapa banyak lagi yang harus mati agar Hyung mengakuinya? Lihat polanya, tujuan dan ciri khasnya. Semuanya ciri-ciri pembunuhan berantai.”

“Kamu pikir aku tidak tahu? Maksudmu, ada orang gila yang berkeliaran membunuh pelaku kekerasan anak.”

“Ya…”

“Bagaimana jika informasi itu bocor?”

“Pelaku kekerasan pada anak akan ketakutan.”

“Akankah masyarakat berpihak pada penjahat atau korban? Penjahat? Mereka akan menganngapnya penghakiman publik dan semakin keras kita mencoba menangkapnya, kita akan makin dikutuk. Peniru akan muncul di semua tempat dan dunia akan menjadi berantakan.”

“Jadi haruskah kita membiarkan ini? tanya Ji Hun.

“tankap pelakunya. Diam-diam.”

Jadi hanya mereka bertiga yang tahu kasus ini dan berjanji tidak akan membocorkannya.

Lanjut ke bagian 2 ya. klik di sini.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!