Sebuah Lagu Say Hello Ost Dari Drama Korea Hush – Waktu nonton Hush di awal-awal. Saya sudah menyadari bahwa ada satu buah lagu yang menyita perhatian saya, ternyata, setelah dicari tahu, didengarkan, lagu itu berjudulkan Say Hello to Me.
Kenapa harus mengatakan hello pada diri sendiri?
Karena begitulah orang-orang yang acap kali tidak memedulikan sekeliling.
Saya pernah ketemu sama tayangan youtube yang mengatakan bahwa di korea sangat berbeda dengan drama. Banyak unsur pahitnya dibandingkan dengan manisnya. Konon, di korea sana, orang-orang cenderung tidak peduli dengan orang lain. Kalau kamu jatuh, kamu tidak akan ditolong dan orang-orang hanya melihat.
Hal ini pernah saya lihat di drama. Alasan untuk tidak menolong saat itu adalah karena tidak mau direpotkan dengan urusan orang lain. Akhirnya menutup diri dengan memilih tidak membantu atau memedulikan.
Mari Kita Ke Drama Hush
Ketika menuliskan ulasan di besoksore.com. Makin ke sini saya juga paham bahwa pembaca juga memilih-milih tulisan mana yang mereka baca. Biasanya populeritas sebuah drama berjalan lurus dengan pembaca ulasan juga.
Beda sama drama yang gaungnya nggak terlalu terdengar. Hush adalah salah satunya.
Padahal, kalau mau ditonton, drama ini sedikit menggambarkan kepahitan hidup khususnya di dunia jurnalisme pekerjaan. Saya masih ingat saat salah satu peran memilih untuk meninggalkan dunia karena beratnya dunia.
Pernah nggak sih? kalian berandai-andai bahwa hidup sedikit melunak kepada kalian? Sedikit saja.
Dan Saya Menangis Mendengarkan Lagu Say Hello to Me
Coba kalian dengarkan di sini. Kalian juga bisa main ke telegramnya mimin supaya bisa dengar.
Sekali saja, tanyakan kepadaku. Tentang hariku hari ini.
Di bagian reff saya benar-benar menangis. Seperti ada pesan yang terwakilkan. Sekali saja ditanyakan bagaimana hariku hari ini?
Apakah baik-baik saja? atau bagaimana?
Sering Saya Membayangkan
Saya berpulang ke dekapan Tuhan. Akankah ada yang merindukan saya.
Saya juga sering membayangkan, bahwa nanti ada di suatu masa dimana saya tidak diingat oleh siapapun. Sudah tidak ada yang mengenali saya kembali. Masa itu…. apakah yang akan terjadi.
Kadang, di situlah saya punya sedikit alasan untuk menulis. Setidaknya, saya benar-benar merasakan bahwa saya hanyalah manusia, yang pernah bahagia, sedih, iri, sebal, kesal, marah, dendam, bersemangat, jatuh cinta, patah hati.
Di usia saya yang sudah kepala 3. Orang-orang biasanya mengkontak ketika ada perlu saja. Hanya sedikit yang benar-benar bertanya kabar saya secara tulus. Hanya cuma ingin tahu soal kabar.
Teman-teman saya sekarang sudah tidak menjadi teman lagi. Bukan karena musuhan, tapi karena waktu yang berubah. Mereka dengan keluarga atau kesibukan mereka. Hingga ada satu nama lama yang mungkin dengan mudah mereka lupakan begitu saja.
Kadang, saya merasa hidup menyedihkan. Tapi hidup apapun kondisinya masih selalu layak untuk dijalani.
Mungkin Kita Harus Menyapa Diri Kita Sendiri
Dalam keyakinan yang saya anut. Ada istilahnya mendoakan diri sendiri. Sebuah hadiah doa untuk diri sendiri.
Dan entah kenapa ketika saya lakukan itu dengan meletakkan tangan saya ke dada kiri. Ada getaran yang membuat saya ingin menangis.
Kadang saya juga membisikkan kata-kata dalam hati. “bagus, kamu sudah bekerja dengan bagus. Kamu sudah bertahan sejauh ini. meski orang-orang hanya peduli dengan hasilnya. Kamu masih begitu mencintai proses ketika belajar di dalamnya.”
Dan.
Ketika semua orang pergi.
Yang ada hanyalah diri kita sendiri.
Jadi. katakan hallo pada diri sendiri.
*Elap air mata.
Biasanya saya hanya silent reader aja.
Tapi kali ini saya pengen nimbrung.
Drama hush ini saya suka. Tapi belum sempat saya lanjutkan karena kesibukan mengurus rumah tangga.
Memang bener yang mimin tuliskan, seiring usia bertambah pertemanan juga semakin renggang, biasanya setelah usia 25+ akan kerasa banget. Bahkan saya ngerasain ya lebih awal, usia 18th. Bukan Krn apa apa, tapi kondisi yang memaksa demikian. Ada kesibukan, ada prioritas, tuntutan peran, dsb.
Bahkan bagi yg sudah menikah spt saya, perasaan spt itu juga bukan berarti sirna. Meskipun ada suami dan anak anak, tapi teman teman yg dulu dekat kini terasa renggang.. karena teman teman lain juga sama sudah tidak sebebas dulu lagi, memiliki keluarga,bpekerjaan, dll. Curhat juga tidak bisa sembarangan, meski ke teman sendiri. Jadi kadang serasa sepi juga meski sudah berkeluarga. Ada kesulitan tak bisa dibagi dgn orang lain, orang lain juga ngga nanya kesulitan kita.
Saya ternyata tidak sendiri. Akhir2 ini juga merasakan demikian. Aneh ya, disaat ramai dengan orang2 di sekitar kita, kadang kita malah merasa kesepian. Merasa ditinggal sahabat lawas bahkan keluarga sendiri, lama2 kamu akan kebal hati. Seperti saya yg mengulang2 mantra gwenchana setiap kali ada masalah dengan menghela nafas panjang demi meraih percik2 kesabaran.. Kita bisa ya.. Meski sendiri, boleh lelah sebaiknya pasrah, tp jangan menyerah yaaaa..
sama-sama semangat untuk kalian berdua, Mbak Lia dan Etha.
kita sama-sama berjuang dengan genrenya masing-masing.
semoga kedepannya kehidupan lebih lunak sama kita ya. heheh.