Review Film Korea Kim Ji Young Born 1982 (2019)

Review Film Korea Kim Ji Young Born 1982 (2019) – Dan ini adalah film baru guys. Saya nonton agak-agak nggak telat seperti biasanya. Di korea sendiri hari asli rilisnya adalah 23 oktober 2019. Gimana? Kalian-kalian sudah nonton belum?

Ke profil film dulu ya guys.

Sutradara film ini adalah Kim Do Young. Sebuah novel karya Jo Nam Joo adalah sumber dari cerita film ini. penulis tambahannya ada Yoo Youn A dan Kim Do Young. Distributornya dari Lotte guys.

Kalau ngomongin pemainnya, udah nggak asing sama sekali bahkan keduanya sering dapet proyek bareng dari Train to Busan sampai Silenced.

Siapa aja pemainnya?

Ada Jung Yu Mi yang memerankan Kim Ji Young. Seorang Ibu satu anak yang menderita kesehatan mental dalam peran sehari-harinya menjalani kehidupan ibu rumah tangga.

Peran utama kedua ada Gong Yoo yang memerankan Jung Dae Hyun. Dia adalah suami dari Kim Ji Young.

Kim Mi Kyung sebagai Mi Sook. Dia adalah Ibu dari Kim Ji Young. Pokoknya kalau kalian sudah biasa nonton drakor. Udah nggak asing lagi sama ahjumma ini, berasa ada di drama mana-mana gitu.

Dan beberapa peran lainnya.

Saya langsung ke inti aja yaa guys.

Kim Ji Young Born 1982 adalah film yang sayang banget untuk kalian lewatkan!

Bagi saya, film ini nggak sekadar drama keluarga. Namun, film ini adalah sebuah perjalanan panjang para kebanyakan wanita di korea atas budaya patriarki. Bagaimana perempuan dipandang menjadi makhluk kelas dua. Bahkan oleh ayahnya sendiri. Oleh mertua dan lingkungan.

Di beberapa bagian. Saya menangis. Sampai malu kalau ketahuan orang lain.

Selain ceritanya yang emang membumi. Saya sebagai perempuan juga merasakan beberapa “beban” yang Kim Ji Young rasakan di bumi Indonesia ini. nggak jauh beda sama di korea sana.

Saya masih ingat betul saat saya dilecehkan di angkot. Seseorang memegang bagian kaki saya tanpa alasan. Saat saya bercerita ke salah satu teman. Dia langsung bertanya apakah saya pakai pakaian yang pantas?

Sedih saya dengarnya. Sedih banget. Karena kenapa perempuan selalu disalahkan atas pakaian apa yang dia pakai? sebegitukah perempuan? Saat itu saya pakai celana panjang. Jadi, please, pelecehan itu emang pelakunya aja yang gila.

Sama…

Kim Ji Young muda juga dilecehkan pemuda di dalam bus. Ia langsung mengsms ayahnya. Ayahnya langsung menasehati anaknya perihal pakaian. Di situ… saya sedih guys.

Coba kita ingat drama yang lain yaa!!!

Pernah nonton Mother of Mine di mana Mi Sun berjuang keras menjadi ibu pekerja selain mengurusi anaknya yang masih TK bernama Da Bin? Bagaimana dia susah payah mendapatkan pengasuh yang baik sesuai kriteria karena dia sudah tidak bisa selalu mengandalkan tenaga ibunya?

Pernah nonton Listen to Love? Di mana ibu pekerja yang punya tekanan, ia merasa bersalah tidak bisa menemani anaknya dengan baik karena bekerja?

Problem tentang perempuan, dari mulai status hingga pekerjaan sangat jelas di gambarkan dalam drama ini.

Beberapa adegan sangat terasa sindiran kepada orang-orang dan pandangan tertentu. Dan saya pikir itu sangat-sangat membumi.

Akhirnya 2 jam film ini berjalan. Saya bisa menikmatinya dengan baik.

Saya ikut bersedih pada apa yang dialami Kim Ji Young. Pada perempuan yang hidupnya seperti cangkang kosong. Pada hatinya yang terasa kosong namun ia biarkan karena sudah terbiasa dengan hal itu. Hingga di satu titik, dia sadar bahwa dia sakit dan kesehatan mentalnya terganggu.

Film ini saya rekomendasikan untuk para lelaki hebat yang mau sedikit mendengar tentang keluhan perempuan di tengah-tengah kondisi sosial dan budaya yang ada. saya pengen lelaki sedikit tahu bahwa menjadi perempuan adalah tugas berat.

Lucunya. Perempuan suka direndahkan oleh perempuan sendiri. Seperti Ibu mertua Ji Young yang merasa bahwa kehidupan kerja anaknya lebih penting dibandingkan menantu perempuannya.

Dan yaa..

Di akhir tulisan review ini. yang emang pendek karena takut spoiler besar-besaran. Saya cuma bisa bilang amat sangat merekomendasikan film ini.

Sebagai mimin besoksore. Saya hanya bisa berdoa. Semoga ada dunia di mana perempuan tidak dipandang sebagai makhluk kelas dua.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!