Komentar Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari

Komentar Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari

Apakah kehendak bebas benar-benar ada? Apakah manusia bebas benar-benar ada?

 

Pasung Jiwa.

 

Itu judul novel yang saya baca, karya Okky Madasari. Novel Pasung Jiwa ini juga karya Okky yang saya baca pertama kali. Jadi nagih buat baca karya Okky yang lainnya.

Maka dari itu postingan kali ini adalah komentar novel pasung jiwa.

Pasung Jiwa termasuk kategori novel dewasa, emang udah agak aneh aja kalau baca novel remaja (tapi masih baca novel remaja juga, buku anak-anak juga, hehe).

Novel ini dibeli langsung di toko buku dan memang nggak niat beli banget. Malah niatnya nyari buku Ayu Utami, ehhh malah kosong. Daripada pulang nggak bawa apa-apa akhirnya beli ini. so, baca novel ini tanpa ekspektasi apapun. Cuma tertarik dengan embel-embel Okky Madasari Pemenang Khatulistiwa Literary Award 2012, covernya (sepintas seperti wanita dengan baju hitam kelap-kelip, bibir merah merona, berambut panjang namun berjakun).

Novel ini mengambil sudut pandang orang pertama dengan dua tokoh utama yaitu Sasana (Sasa) dan Jaka Wani (Jaka Baru).

Pasung Jiwa menyuguhkan bagaimana dua orang yang “terpenjara” dalam tubuhnya sendiri, orangtua, ekonomi, agama, tradisi, norma. Tema yang cukup berat memang dan banyak sekali tema yang diangkat melalui kejadian dalam peristiwa dua tokoh utamanya. Temanya pun berbau kritik penulis terhadap fenomena sosial yang terjadi saat era sebelum orde baru dan paska orde baru, LGBT, perlakukan buruk tentara (asli parah), perlakuan tak adil terhadap buruh pabrik, pemerkosaan/kekerasaan seksual, aborsi, kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan dan agama, pelacuran beserta bisnisnya, dominasi polah asuh orangtua pada anak, kegilaan, mimpi yang seakan dilupakan karena rutinitas mencari uang, tumplek blek di novel ini. Bagi saya novel ini kebanyakan hal yang ingin diangkat penulis, namun bertemu pada satu titik pertanyaan yaitu Apakah kehendak bebas benar-benar ada? Apakah manusia bebas benar-benar ada?

 

Walaupun tema yang diangkat lumayan banyak namun gaya penulisannya mengalir seperti air, sehingga tidak terkesan terlalu “berat”. Saya nggak butuh waktu yang lama untuk menuntaskan membacanya. Akhir ceritanya??? mereka berdua bebas….. walaupun saya nggak suka dengan karakter Jaka Wani/Jaka Baru, karena dia pengecutttt….!

#tariknapas. Melalui novel ini saya merasa diingatkan kembali bahwa dalam hidup selalu mempunyai penjaranya sendiri. Bahkan ketika Sasana membenaskan dirinya menjadi Sasa, namun pemikirannya tidak pernah bebas karena orangtua, masyarakat sekitar, dicap sebagai pendosa dll.

Saya diajak berpikir mengenai kebebasan tapi pemikiran saya mengalami kebuntuan mengartikannya. Hanya saja saya mengiyakan bahwa saya juga sedang dipenjara, mungkin tidak dengan wujud terali besi dan tembok tinggi, namun penjara itu ada. Disadari atau tidak.

Komentar Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari

Quotes Pasung Jiwa

“Tak ada jiwa yang bermasalah. Yang bermasalah adalah hal-hal yang ada di luar jiwa itu. Yang bermasalah itu kebiasaan, aturan, orang-orang yang mau menjaga tatanan. Kalian semua harus dikeluarkan dari lingkungan mereka, hanya karena kalian berbeda.” 
“Pikiran kerap hanya terbangun oleh tempelan-tempelan yang kita ambil atau dipaksa masuk oleh sekitar kita. Sementara tubuh selalu diperlakukan sebagai pengikut pikiran. Ia tak hadir dengan kewenangan. Maka ketika tubuh bergerak sendiri, lepas dari pikiran, selalu dianggap sebagai pembangkangan …. Bisa karena kesurupan atau karena ketidakwarasan.”

 

Komentar Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari
Previous Post

No more post

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!