Review Serial Netflix Sex Education Season 1-2

Review Serial Netflix Sex Education Season 1-2 – Salah satu kelemahan mimin besok sore selain kalau sudah cinta itu cinta aja adalah telat bikin review apapun yang sudah kelewatan nonton sebab kebanyakan yang ditonton.

Harus saya akui itu. Tentunya dengan segenap hati dan pemakluman diri sana dan sini. Beruntungnya saya punya pembaca yang bukan sekadar mengingatkan. Tapi juga menunggu tulisan saya.

Karena saya tahu menunggu itu nggak enak. Saya langsung tulis deh pas ada waktu.

Sejujurnya, untuk beberapa hari belakangan, saya nggak terlalu banyak waktu luang untuk nulis. Soalnya lagi sibuk sama aktivitas fisik. Jadi, kalau sudah capek akhirnya terlelap tidur dalam mimpi, pernah saya membayangkan, bisa nulis sambil tiduran. Atau pas mimpi tampilannya adalah drakor atau series yang lagi saya tonton.

Tapi tentu aja nggak bisa gitu bukan? Wkkwkw.

Gilak! Pembukaan aja banyak banget gitu. Padahal awalnya males nulis. Tapi kalau sudah nulis ngerocos aja aja tetangga pada gibah.

Saya Adalah Penggemar Series Sex Education di Netflix

Kalau ada series yang nggak pakai mikir untuk nonton kelanjutannya. Salah satunya adalah Sex Education. Ini seriusan saya suka banget sama seriesnya. Kenapa?

Mari saya ulas satu-satu kenapa saya suka series ini. Saya poin satu-satu ya.

  1. Dapat Ilmu Baru

Dulu kala, apa sih yang kamu dapatkan tentang sex education saat muda? Remaja deh?

Kalau saya. minimal banget. Mentok di pelajaran Biologi kelas XII tentang perkembangan makhluk hidup. Itu pun lebih banyak materi tentang penyakit seks menular. Jadi, ada perasaan semacam ditakut-takuti.

Saat anak-anak. Membicarakan soal sex education di lingkungan adalah pembicaraan tabu. Bahkan saya ingat Emak saya pernah menjerumuskan saya dengan pertanyaan, “Dari mana bayi lahir?”

Emak saya bilang jawaban yang ngasal banget. Padahal, saya saat itu sudah kelas 6 SD. Percaya sama Emak? Yaahh nggak dong. Emak saya emang doyan ngibul sih. Makanya saya tumbuh untuk cari tahu sendiri.

Berbekal lebih keterbukaan dalam series ini tentang pendidikan seks, saya adalah yang antusias untuk nonton. Jangan banyangkan aktivitasnya hanya soal wik wik doang. Ada kalanya bicara soal masalah dalam hubungan, soal kepercayaan dalam hubungan, sampai kesehatan mental juga. Hubungan orangtua dan anak dalam series ini pun dibahas secara apik. Hubungan yang penuh dengan konflik tentunya.

Saya masih ingat dan merasa sedih saat di musim yang keduanya, Menceritakan tentang pelecehan seksual di tempat umum. Tepatnya di bus Aimee mengalami pelecehan. Bagaimana semua perempuan di sini saling menguatkan satu sama lain. Saya terharu banget.

  1. Sebuah cerita yang dibangun unik

Otis pada mulanya adalah pemuda yang sama sekali nggak punya pengalaman soal behubungan seks dan malahan nggak punya pacar. Ia bahkan punya pengalaman traumatis di masa lalu yang penyebabnya adalah melihat ayahnya sendiri berselingkuh dengan wanita lain.

Guys? Masih ingat Joon Young di The World of the Married? Bahwa orang tua acap kali membuat pengalaman traumatis pada anak-anak mereka. Makanya, saya bisa paham kenapa Joon Young kabur saat melihat Sang Ibu menghampiri Lee Tae Oh yang hendak mau bunuh diri.

Kita nggak pernah tahu guncangan seperti apa pada seorang anak yang membuat mentalnya terguncang.

Otis di sini diceritakan menjadi penasehat seks di sekolahnya. Dengan makelarnya adalah Maeve. Ini lebih ajaib dari jomlo yang nggak pernah pacaran kemudian memberikan nasehat percintaan dan banyak membantu kliennya.

Baca Juga Review The Witcher Musim Pertama.

  1. Isu-isu dalam serial ini dekat dengan kehidupan kita

Ada kisah aborsi di dalamnya. Uniknya, di luar klinik ada muda mudi yang teriak untuk menentang aborsi.

Di dalam klinik, ada anak muda yang masih sekolah. Sendirian dalam melakukan aborsi. Ada seorang Ibu yang melakukan aborsi dan mengatakan bahwa anak-anak yang saat ini sudah bersamanya lebih penting daripada bayi yang belum lahir.

Semua kisah perempuan di dalamnya punya kisah sendiri-sendiri.

Untuk saya sendiri. saya tidak memposisikan kepada penentang dan pendukung. Saya mencoba berpikiran lebih lebar saja.

Ingat salah seorang dalam drama korea berkata, bahwa mempunyai anak adalah seperti menjaga semesta, tugas yang berat.

  1. Kocaknya ada, sampai sedihnya ada

Lucunya banyak. Kadang guyonannya agak “dark” gitu.

Sedihnya juga dapat banget. Apalagi di musim kedua.

Untuk musim yang pertama sih masih menjelaskan tentang karakter-karakter dalam series.

  1. Pembicaraan hal tabu dikemas jadi series yang menarik

Tabu…

Orang males atau enggan bicara. Ketika bicara, mungkin ia mengira akan mendapatkan cap yang buruk.

Salah satu bagian yang saya ingat diantaranya Ibunya Adam yang mendapatkan nasehat dari Ibunya Otis. Bahwa, masalah seks bukan untuk urusan anak muda saja. namun, orang dewasa yang katakanlah anak-anaknya sudah besar juga demikian.

LGBT dalam series ini juga ada. Bahkan cerita tentang penyakit seks menular yang kayaknya orang-orang nggak punya cukup ilmu dan menimbulkan kepanikan yang seharusnya tidak terjadi.

Kesimpulan Review Serial Netflix Sex Education Season 1-2

Saya nggak mendapati series ini mengajak pada keburukan.

Malah saya mendapatkan banyak ilmu baru yang biasanya nggak saya dapatkan di tempat lain. Bedanya, dikemas dalam bentuk series yang segar.

Saya adalah orang yang percaya bahwa membicarakan seks adalah hal yang lumrah seperti halnya banyak hal dalam hidup. Toh, kita hidup karena ada aktivitas pembuahan sebelumnya bukan? Saya dan kalian nggak muncul dari bola-bola pokemon atau keluar dari telur kinderjoy.

Nonton sex education itu bentar banget buat saya. Untuk episode yang saya tonton sampai bikin saya lupa lagi nonton drakor apaaan. Karena emang menarik banget temanya.

Buat kalian yang belum nonton. Saya amat merekomendasikannya. Nontonnya jelas di Netflix yaa. heheheh.

Gimana? kalian sudah nonton?

Terima kasih sudah membaca di besoksore yaa.

Semoga kalian senantiasa sehat.

 

You May Also Like

2 Comments

  1. akhirnya.. makaciw admin, udah review yang saya tunggu
    😁

    saya paling terharu pas Maeve ngelaporin ibunya sendiri
    rasanya berat banget..

    tapi yah, namanya juga Hidup..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!