Review Film Isn’t It Romantic 2019 (Netflix) – Halo….. hehehhe, saya kembali review film bule guys. Setelah kayaknya emang lama banget nggak cas cis cus di sini tentang film. Seperti pada judulnya, drama ini saya tonton di Netflix, tanggal rilis internasionalnya sih pada 13 februari 2019.
Apa sih yang membuat saya tertarik mengunduh film Isn’t It Romantic untuk kemudian saya tonton?
Adalah sebuah poster yang sungguh menarik di mana seorang perempuan bertubuh yang lumayan ektra. Karena biasa banget peran utama yang saya lihat dalam sebuah film itu tubuhnya langsing nan aduhai. Ini lain, makanya saya nggak pikir panjang untuk mengunduh.
Jujur Aja Saya Nggak Punya Ekspektasi Apapun!
Yaaa… saya nggak punya harapan sebelum nonton film ini. saya hanya coba untuk menikmati saja apa yang terjadi.
Ternyataaa??? Genre film Isn’t It Romantic adalah komedi romantis guys, durasinya juga nggak lama, nggak sampe 2 jam. Hanya sekitar 1 jam 30 menit gitu.
Apa sih yang ditawarkan film Isn’t It Romantic?
Film ini membawa kesan satir sendiri tentang film romantis pada umumnya. Di beberapa bagian, peran utama secara kritis mengkritik film romantis pada umumnya yang memang sudah laku pada zamananya dan dikenang pada saat ini.
Saya ingat betul saat menit-menit awal ada film Pretty Woman (1990) yang diputar dan si bocah cilik yang nantinya akan jadi peran utama dalam drama ini sedang menonton mesam-mesem di depan TV.
Hingga ibunya merenggut kebahagiaan sang bocah dengan pendapatnya.
Ternyata Isn’t It Romantic bisa dibilang film fantasi!
Natalie yang diperankan oleh Rebel Wilson mengalami kejadian di kereta. Ia dirampok dan kepalanya terbentur. Saat terbentur inilah cerita menjadi “jalan-jalan” ke tema dan alur yang berbeda.
Menjadi sebuah film komedi romantis.
Bunga di mana-mana, ada lelaki tampan yang jatuh cinta pada Natalie, orang-orang jauh lebih ramah dari sebelumnya, pekerjaan yang bagus sebagai seorang arsitek yang karyanya selalu ditunggu, apartemen mewah, helicopter, liburan mewah, makan malam mewah, baju bagus… ahhh yang begitu-begitu.
Natalie yang super sinis pada cinta akhirnya “dipaksa” masuk dalam cerita komedi romantis.
Kualitas Cinematografi yang Apik!
Film Isn’t It Romantic bisa dibilang sangat berwarna. Terang dan indah… layaknya sebuah film komedi romantis pada umumnya. Saya sih seneng-seneng aja soalnya abis nonton serial yang ada monsternya. Jadi, saya pikir hidup harus seimbang bukan? Hehe…
Lalu apa sih yang saya dapat setelah nonton Isn’t It Romantic?
Dibeberapa bagian terlihat menyenangkan sih.. tapi nggak jarang juga membosankan. Saya bahkan harus mempercepat beberapa menit karena saya pikir aaahhhh bosen nihhh *isinya nyanyi-nyanyi dan entah kenapa saya nggak suka aja.
Kondisi serba terbalik yang ditemui Natalie dalam “keadaan tidak sadarnya” membawa sudut pandang baru pada tokoh utamanya untuk menikmati esok paginya.
Menjadi lebih terbuka dan mau melihat sisi lain yang tadinya ia anggap sebagai sampah nggak penting.
Natalie juga menemukan pandangan baru bahwa dia memang layak untuk dicintai. Di dalam semesta ini, orang yang paling layak mendapatkan cinta adalah diri kita sendiri.
Tapi bagi saya?
Isn’t It Romantic tidak buruk. Tapi juga nggak bagus-bagus banget. Hanya film ringan yang kalian nggak usah banyak mikir terlalu dalam sih. Cukup nikmati saja yang ada!
Kesannya sih satir ya. Tapi kok, malah saya merasa film ini nggak beda jauh dari yang sudah-sudah aja. Saya nggak nemu pemecahan masalah yang baru.
Terlalu klise aja sih buat saya.
Akhirnya, saya yakin banget bahwa film ini mungkin hanya saya ingat secara kadang-kadang, mungkin kedepannya bakalan lupa. Sorry, Isn’t It Romantic buat saya kurang membekas di hati aja.
Tapi, bukan tontonan yang buruk aja.