Ulasan Drama Korea The Atypical Family (2024)

Sebuah drama dengan 12 episode saja. Untuk kesan pertama sudah pernah mimin tuliskan di sini.

Benar, tidak semua drama saya ikuti penayangannya. Bisa dibilang sedikit sekali yang diikuti. Beberapa icip-icip malah ditinggalkan gitu saja. Kemudian terlalu berat untuk ditulis di sini, karena mungkin akan menjadi keluhan dan keluhan saja.

Hai apa kabar kalian?

Mimin nonton The Atypical Family bener-bener setia saat penayangannya. Paling lambat nonton besok paginya, bahkan sebelum upacara bendera. Subuhnya nonton dulu, kalau nggak gitu, jadinya udah males. Kemudian berhenti begitu saja.

Sampai akhir.

Saya suka. Suka semuanya. Suka sama pemainnya. Apalagi sosok Bok Gwi Ju yang mengalami banyak perbaikan dalam hidup. Kecanduannya terhadap alkohol digantikan oleh kecanduan yang lain, yaitu kecanduan cinta yang lebih sehat, yang mana dia rela mengorbankan dirinya dan memikirkan orang-orang di sampingnya.

Semua karakter, bahkan karakter tambahan menemukan pergerakan karakternya sendiri ke arah dinamis dan lebih baik. Tidak serta merta berubah begitu saja, tapi mereka mulai membuka diri perlahan. Paling kesal sama peran Ibu Bok di sini, dia dengan mimpinya sempat suka dengan Do Da Hae kemudian jadi nggak suka. Kemudian perlahan sekali mau menerima keberadaan Do Da Hae, hampir saja saya menilai beliau sebagai mertua yang benci sama menantunya.

Keberadaan orang-orang di sauna, Ibu, Paman dan Grace juga mengalami perkembangan karakter. Tidak jauh dari karakter asli. Namun dengan kekurangan dan kelebihan mereka, mampu hidup bersama.

Sebenernya drama ini banyak manisnya. Sosok Bok Gwi Ju tidak malu-malu menunjukkan perasaannya ketika sudah yakin, dan dia tetap berdiri di atas keyakinannya itu. Awalnya menyebalkan, lemes, kelemar-kelemer nggak jelas, pengen ditampol. Makin ke belakang episode, dia manis sekali. Tatapan akting dari Jang Ki Young benar-benar sangat manis. Dia nampak menatap dengan perasaan cinta, ndusel-nduselnya, perhatiannya, sampai sikap kikuknya. Semuanya nampak indah. Aktor yang baik.

Sosok Do Da Hae yang menipu dari awal, bagi saya dia bukan karakter menyebalkan di awal. Semacam, “saya tahu dia pasti punya alasan tersediri melakukan hal tersebut.” Do Da Hae akting dalam akting namun selalu menunjukkan dirinya sebagai Do Da Hae, kebaikannya kepada Bok Ina, ketakutannya akan tidak diterima, juga cintanya pada Bok Gwi Ju, semuanya jujur, bahwa sosok Do Da Hae mendambakan apa yang dinamakan kebahagiaan. Memang banyak yang nggak suka dia dipasangkan dengan Ki Young, buat saya keduanya serasi. Meski Do Da Hae digambarkan lebih muda, kedewasaan ia tunjukkan dengan baik. Mungkin karena beratnya kehidupan yang membuatnya lebih dewasa.

Adanya yang hanya 12 episode membuat saya betah-betah saja. Langsung pada puncak masalah dan diselesaikan sampai ending yang nggak perlu banyak menanti. Dramanya nggak dilama-lamain rasanya. Stop pada masa yang tepat.

Meski di bagian ending, saya harus mengartikannya dengan agak sedikit menduga. Bagi saya tetap menjadi ending yang bahagia. Saya suka. Bahagia buat semuanya. Saya butuh asupan kebahagiaan, hehehehehe. Makanya suka mumet kalau dramanya ribut mulu atau bullying.

Bagus?

Bagus. Mimin suka. Bahkan lebih suka dari drama yang populer tentang orang kaya yang sakit itu. Hehehehe.

Penutup

Link trakteer mimin di sini.

You May Also Like

3 Comments

  1. selalu kesinii kalau nyari review drama atau untuk referensi kalau mau nonton. suka sama pandangan kakak yg ga mainstream dan biasaa. sukses selalu kakk. oiya maaf oot, aku lagi nunggu review twinkling watermelon dari kakak, penasaran pendapat kakak hehehe. sudah nonton belum kak?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!