Sinopsis Drama Korea Children of Nobody Episode 1 Part 1

Sinopsis Drama Korea Children of Nobody Episode 1 Part 1

Sebuah tembakkan di arahkan ke atas dan berbunyi. Pertanda anak-anak peserta lomba harus berlari hingga garis finish. Sebuah lomba lari estafet. Anak-anak berlari dengan semangat. Seorang anak lelaki dengan baju kuning berhasil pertama kali melewati garis finish. Ia berlari dengan penuh semangat. Sang bocah terdiam diantara kerumanan orang yang lalu layang.

Sinopsis Drama Korea Children of Nobody Episode 1 Part 1

Ia mendengar sebuah nyanyian bocah perempuan

Bajing tanah di hutan… bayi bajing tanah… makan siang dengan biji pohon ek…dia berpiknik…bajing tanah… bisakah kamu jungkir balik…lompat… cuaca juga indah.

Ada sesosok perempuan cilik dengan gaun merah bermain lompat tali dalam pandangan si bocah lelaki. Ia mundur ketakutan. Ia berhalusinasi kemudian sadar.

Bocah cilik tadi mengingat gadis kecil yang bernyanyi sambil bermain karet. Ia mendekati anak tangga dan berbalik. Ia bediri tepat di anak tangga menuju ke bawah. Ia pun menjatuhkan dirinya.

Semua gelap.

***

“Tidak ada alasan. Aku terjatuh begitu saja.” Ucap Sang Bocah saat ditanyai.

Cha Woo Kyung (Kim Sun A) bertanya, “Kamu terjatuh di tangga tanpa ada penyebab? Kamu tidak berpikir akan terluka?” Sang Bocah malah bermain ponsel saat ditanya. “Biar aku lihat.” Cha Woo Kyung menyentuh wajah bocah dan sang bocah sesakitan.

“Kamu pasti tahu ini sakit. Si Wan…apa seseorang mengganggumu? Atau kamu mecemaskan sesuatu?”

“Aku haus.”

 

“Baik. Aku akan segera kembali.” Woo Kyung mengambil air. Woo Kyung sedang mengandung.

“Kapan persalinannya?”

“Entahlah. Sebentar lagi. Kamu tahu? Putriku menyebut bayi ini Cahaya Matahari. Jadi, bayi itu cerah dan cantik seperti cahaya matahari. Dia memang menginginkan seorang adik.”

“Itu tidak selalu menyenangkan.”

“Kenapa kamu berpikir begitu? kapan kamu berpikir punya adik tidak selalu menyenangkan? Si Wan…”

“dia sudah meninggal. Adikku sudah meninggal.” Woo Kyung memegang perutnya.

Episode 1- bulan di atas ladang jelai

Puntu tahanan penjara terbuka. Seorang napi perempuan keluar dibawa seorang sipir wanita. Sekelebat. Ada demo masa yang bertuliskan “kamu senang dibebaskan usai membunuh anakmu?”

“Ada yang menjemputmu?” Tanya sipir yang memberikan barang pada napi tersebut.

Usai dibebaskan. Soo Young langsung dilempari telur.

Para pendemo mengutik napi yang baru saja bebas.

***

Woo Kyung memasak. Ia menyiapkan makanan untuk suaminya.

“Selamat ulang tahun Cha Woo Kyung.”

“Itu saja tidak cukup. Kamu tahu aku lebih suka uang tunai bukan?”

“Ahh kali ini aku akan jatuh miskin.”

“Eun Seo, kamu bisa terlambat ke tempat penitipan. Ayo makanlah.” Woo Kyung memanggil anaknya.

Woo Kyung hendak mematikan TV. Namun berita di TV malah menyita perhatiannya.

“Dua tahun lalu. Penyiksaan fatal pada Kim Han Sol membuat dunia marah. Park Ji Hye yang ditangkap dan ditahan karena menyiksa anaknya dibebaskan tadi suang usai masa tahanannya habis. Ada banyak kontroversi terkait masa tahan yang pendek.”

Putri Woo Kyung memeluk ibunya… “Omma…”

“Kamu sudah bangun?”

“Ahhh… dia bergerak.” Sang putri mengelus perut ibunya.

“Cahaya matahari mengucapkan selamat pagi kepada kamu.”

“Heiii cahaya matahri. Cepat keluar. Aku ingin segera melihatmu. Aku sudah menggosok gigi. Aku bahkan sudah berpakaian.”

“Begitukah? Eun Seo. Kini kamu sudah besar.” Eun Soo pun tos dengan ibunya dan ke meja makan.

Lagi… TV masih menyala. Reporter berkata;

“Berita dibebaskannya Park Ji Hye, komplotan dalam kasus Kim Han Sol, membuat kerumunan masa protes atas pembebasannya. Saat dia keluar…. orang-orang melemparkan tepung dan telur padanya.”

“Yeobo. Ayo makan. Nanti telat.” Ucap Suami Woo Kyung.”

***

Di jalanan. Saat Woo Kyung menyetir. Ia melihat tempok bertuliskan.”Kamu iblis yang membunuh anakmu sendiri… pembunuh.

Kebetulan juga lampu merah. Rupanya itu adalah tempat tinggal sang mantan napi. Ji Hye keluar dan membuang sampah. Woo Kyung memperhatikan dari dalam mobil.

***

“Bukan main wanita itu. seharusnya dia bersembunyi di tempat di mana dia tidak dikenali. Kenapa dia malah pergi ke tempat lamanya? Sudah jelas orang-orang akan mengusikanya.” Ucap Ahjumma di rumah sakit pada Woo Kyung sibuk mensampoi *ehh apaa bahasa tepatnya? Pasien rumah sakit.

“Menjual rumah dan membeli rumah baru tidaklah mudah…. aahhh… ahjumma yang merawatnya pasti mahir. Tidak ada tanda-tanda luka baring.”

“Ya. Ibu rasa kita menemukan orang yang mahir.”

“Kurasa begitu.” pasien itu seperti tidur saat diurus. Mungkin koma.

“Ibu tidak mengerti alasan orang ingin membunuhnya. Dia sudah membayar kejahatannya di penjara. Seharusnya mereka membiarkan dia hidup tenang.”

“Ibu masih peduli kepadanya?”

“Sejujurnya, bukan dia yang membunuh anaknya. Tapi suaminya. Dia dipenjara du tahun karena menyembunyikan suaminya. Dia bisa apa? Orang-orang sungguh tidak berperasaan.”

“Dia membakarnya.”

“Apa?”

“Dia membakar anaknya.”

“Mungkin dia tidak punya pilihan lain untuk menutupinya. Bagaimana dia bisa hidup jika suaminya masuk penjara? Mungkin dia tidak punya pilihan. Anaknya sudah tewas. Dia tidak bisa menghidupkannya lagi. Dia harus melindungi sumber kehidupannya.”

“Omma…”

“Itu wajar bagi hewan yang kita sebut manusia. Tidak ada yang namanya keluarga dalam urusan bertahan hidup.”

“Aku tahu ibu sinis, tapi tidak akan ada orang tua yang mau membakar anak mereka. Wanita itu iblis.”

Pasien itu tiba-tiba membuka matanya.

“Se Kyung.” Ucap Woo Kyung.

***

“Dia membuka matanya?” Ucap suami Woo Kyung di telpon.

“Ya. aku kaget sekali. Tapi dokter bilang itu bukan hal besar. Katanya itu wajar bagi orang dalam kondisi vegetatif. Bagaimana mungkin?”

“Dokter paling tahu. Kenapa kamu sulit percaya?”

“Dua tahun belakangan, dia tidak pernah membuka matanya. Berarti ini perubahan.”

“Yeobooo… Woo Kyung.”

“Ya.” Suami Woo Kyung ini dipakaikan jas oleh sekertarisnya.

“Tenanglah. Jangan panik. Kamu tidak selalu bersamanya seharian. Seperti kata dokter, mungkin saja dia membuka matanya sesekali. Tentu saja kamu juga mungkin benar. Tapi masalah ini butuh waktu. Jangan terlalu berharap. Tapi kita awasi terus. Akan aku hubungi nanti.”

***

Mantan napi membersihkan rumahnya dari semua barang anak-anaknya. Rumah menjadi kosong. Ia terdiam dan mengambil foto dari dekat cermin. Kemudian merobeknya. Tapi tidak dibagian gambar anaknya.

***

Sebuah mobil putih datang ke tempat arena bermain lama yang sudah tidak digunakan. Mobil diam terparkir. Kemudian muncul api dan terbakar.

***

Ponsel berdering… tak ada yang menjawab.

Seorang pria dengan baju lengkap. Nampak ada di kamar mandi sedang berendam. Ia bergerak dan mengangkat ponselnya.

Diaaaa adalaaahhh Kang Ji Hun (Lee Yi Kyung).

Telpon berdering lagi. Ia hanya diam menatap cermin.

***

Mobil yang terbakar semalam akhirnya mulai diselidiki.

“Sudah mendapatkan peryataan dari saksi pertama?”

“Ya kami sudah mendapatkannya.”

“Sudah memeriksa pelat nomornya?”

“Akan aku lakukan sekarang.”

“Ayoo segera lakukan.” Begitulah obrolan para detektif.

Bersambung ke bagian 2.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!