Sebuah Curhatan Tentang Suka Drama Korea

Sebuah Curhatan Tentang Suka Drama Korea

Sebuah Curhatan Tentang Suka Drama Korea

Masa puja memuja atau masa mengidolakan biasanya identik dengan remaja. Memang dalam perjalanannya begitu, remaja yang sedang mencari identitas diri mulai mencari sosok idola yang mereka kagumi. Buktinya di konser-konser KPOP musik banyak sekali penonton kategori remaja, walaupun ada juga katogeri dewasa tapi biasanya porsi penonton laris manis ditempati remaja. Menurut statistiknya sih begitu. Dan inilah sebuah curhatan tentang suka drama korea dan detail-detailnya.

Remaja menurut ilmu psikologi dibagi menjadi 3 berdasarkan rentang waktu/ usianya; 12 – 15 tahun yang merupakan fase remaja awal, 15 – 18 tahun memasuki fase remaja pertengahan dan fase remaja akhir pada usia 18 – 21 tahun. Btw kalian ada diantara fase-fase tersebutkah? Kalau saya sih sudah jauh.

Perkembangan kepribadian psikologi remaja adalah menyangkut tentang masalah perkembangan identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa nanti. Mulai bertanya pada diri sendiri “siapa saya?” dan hal tersebut berkaitan dengan remaja yang mencari idola-idola dalam hidupnya yang menjadi tokoh panutan, kebanggaan, bahkan bisa jadi menjadi khayalan-khayalan.

Aduh ngomongain apa si dari tadi? Sebetulnya saya hanya ingin mengelurkan unek-unek tentang budaya korea (dalam hal ini dunia hiburan korea) dan para pengagumnya dari yang fanatik, biasa-biasa aja, yang mabok kalo liat liat idolanya (mungkin kalo kasus ini idolanya adalah minuman keras) sampai yang nagis kejer walaupun hanya melihat dari jauh (baca: melihat idolanya tiba-tiba punya pacar baru), atau yang cuma nyengir-nyengir kuda pas nonton dramanya.

Sah-sah saja bukan menyukai sesuatu? Termasuk dunia hiburan korea? Nyatanya dramanya mampu menghibur kok? Jadi ceritanya saya pernah mengunggah foto disalah satu medsos yang gambarnya adalah tumpukan kepingan DVD drama kore  BAJAKAN  yang saya punya dan ada yang komentar kurang lebih begini “hahah kamu ngapain nonton gituan? Buang-buang uang dan waktu aja, kayak nggak ada hal penting yang mesti diurusin”. Agak kesel sih dibilang begitu tapi mendingan komennya nggak usah ditanggepi, itung-itung menghargai pendapat orang lain (mempraktekan pelajaran PPKN pas sekolah dulu).

Nggak jarang juga saya ditertawakan saat bilang salah satu aktor korea itu ganteng, temen saya bilang begini “ahhh itu si bukan ganteng tapi banci, liat aja gayanya kan, ehh apa jangan-jangan dia gay?”  dan lagi-lagi saya  nggak mau berurusan panjang sama temen saya ini, kalau tiba-tiba saya sundul takutnya dia nggak bayarin makanan yang saya makan dan gak dianter pulang (ceritanya lagi ditraktir).

Banyak sih komen-komen nyinyir lainnya tapi saya nggak pernah tanggapi, cuekin aja. Tapi, untungnya keluarga saya di rumah nggak pernah tuh komen negatif tentang kesukaan saya yang nonton drama korea.

Tentang yang saya sukai dengan hiburan korea yaaa dramanya itu lho, kalau musik sih gak terlalu, intinya saya bukan penggemar  fanatik idol grup gitu. Ehh tapi saya suka sama Big Bang, tapi ya suka aja sama lagunya nggak sampai fanatik banget. Pun juga nggak semua drama korea saya suka, tergantung jalan ceritnya juga.

Mengenai tanggapan nyinyir tadi, berikut tanggapan saya. Mungkin ada yang menganggap nonton drama korea itu nggak berguna, tapi jujur saja daripada liat sinetron di TV nonton drama korea itu lebih mengasikan karena alur cerita biasanya sangat solid dan nggak punya episode yang ribuan gitu.

Industri hiburan Korea menggarap dengan baik drama yang mereka produksi, dari lokasi, kemampuan akting para pemainnya, intinya kemasan dan isi itu digarap serius. Dalam sebuah drama pasti ada pesan yang ingin disampaikan oleh penulis, so kita bisa belajar dari situ, pun kita bisa terhibur dari situ.

Indonesia mesti banyak belajar lagi, jangan hanya karena rating yang bagus maka jumlah episode pun berbanding lurus dengan itu. Daripada jumlah episode ratusan hingga ribuan tapi minim kualitas, lebih baik cerita solid dengan sedikit episode namun berbekas dihati penonton. Ngomong-ngomong tentang komentar buang-buang waktu, emmm sebenernya saya nggak tiap hari kok nonton kdrama. Bahkan saya bisa berbulan-bulan nggak nonton drama korea sama sekali. Saya juga punya kehidupan yang mesti dihidupi dan juga mimpi-mimpi untuk diwujudkan #halahhh, tapi manusia juga butuh hiburan bukan? Nah drama korea ini adalah salah satu alternatif hiburan bagi saya.

Sebuah Curhatan Tentang Suka Drama Korea

Mengenai banyak sekali hal “buruk” yang bisa saja korea tularkan pada kita. Saya kembalikan kepada masing-masing individu. Kita sebagai individu pasti punya nilai-nilai yang dianut dan batasan, maka memilah dan memfilter adalah sudah menjadi tugas kita.

Saya cukup sadar dan tahu diri kok, juga bukan remaja lagi yang kemungkinan besar teriak-teriak nggak jelas ketika melihat rumahnya dimalingi idolanya, bukan remaja yang rela bolos sekolah untuk liat konser kpop (wong saya sekolahnya udah kelar kokk, gimana bisa bolos?), bukan juga orang yang rela mengahabiskan ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk nonton konser (wong makan saja kadang susah kok, emmm ceitanya lagi sariawan+sakit gigi jadi susah nelen makanan).

Baca juga : Review Drama Korea Empress Ki

Mengenai bagaimana orang menyalurkan rasa suka kepada idolanya pasti berbeda-beda, tergantung bagaimana cara orang tersebut memandang idolanya sejauh apa, yang punya uang lebih sah-sah saja kok nonton konsernya asal jangan lupa pulang aja (kasian ortu nyariin), yang belum punya cukup uang jangan memaksakan diri untuk nonton dan melakukan hal-hal yang buruk demi sebuah konser apalagi sampai menyusahkan orang lain demi kepuasan sendiri. Mungkin juga ada yang cukup puas dengan mandeng foto idolanya sambil nyengir-nyengir kuda (diduga kuat bahwa orag ini memang keturunan kuda, setidaknya kuda lumping).

Saya memang suka beberapa aktor dan aktris dari Korea, contohnya saya suka So Ji Sub, pun saya juga punya cara sendiri untuk menyalurkan rasa suka dengan menulis tentang SJS di blog ini, pengennya sih saya samperin terus aku bilang “gimana kalo kita jadian aja trus kita nikah” , tapi kan saya cukup tahu diri gituuu (mungkin nanti juga ortu saya nggak setuju) hahaha mulaiiiii.

Intinya hanya sampai di situ saja, bukan yang fanatik atau menjurus kepada tindakan-tindakan esktrim. Walaupun ada temen saya yang bilang So Ji Sub  itu nggak keren, nggak ganteng, biasa-biasa saja dan cantik kaya cewek , saya nggak akan marah dan komentar macam-macam. tohh kembali lagi ini adalah masalah selera, saya suka sama So Ji Sub karena doi aktingnya oke, disamping ke-okean lainnya.

Kalau temen saya itu tiba-tiba nimpuk saya pakai gelas mungkin saya bakalan marah.

Kalau kalian gimana? Pernah dinyinyirin karena menyukai suatu hal atau idola?

 

You May Also Like

1 Comment

  1. kita senasib….(hahaha). q jg srg d blg “ko ky ank abg aj sk korea???” “ko foto d hp ny mlh cowok asing bu???(wallpaper hp aktor2 drakor). “ko lagu d hp cm ost drakor ma westlife???g ad lgu indonesianya???” y itu deh yg srg d omongin org2 ma q. py enjoy aj….,yg pntng suami n 2princes kcl q tau klo ma2h mrk tuh emg sk drama korea…,asal bs bgi wktu aj….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!