Kenapa Tidak Banyak Drama Romance yang Bagus? (2)

Kenapa Tidak Banyak Drama Romance yang Bagus? (Sebuah Pendapat)

Saya senang ketika bisa menjawab pertanyaan pembaca. Jadi monggo tanya-tanya. Bisa lewat telegram. Bisa juga yang panjang bener di email. Seperti pertanyaan pembaca yang baik hati di sini.

*Ini tulisan kedua yang menjawab pertanyaan pembaca.

Sebisa mungkin saya akan jawab sesuai dengan pengetahuan saya.

Silakan disimak pertanyaannya.

Kurang lebih sebuah kegelisahan kenapa sebuah drama dengan genre romance yang seperti Because This is My First Life. Mayoritas drama romance nggak jauh-jauh dari hal manis, happy ending dan juga kisah yang klise.

Bukan hanya drakor. Drama cina juga suka gitu. *ini kata saya.

Jadi. Mari saya uraikan satu per satu.

Menjadi Penonton yang Prihatin

Suatu ketika saya melihat youtube yang penontonnya sama sekali nggak rame. Sedikit sekali. Tapi di sana saya bisa nimba ilmu soal bagaimana caranya menjual foto di salah satu microstock.

Saya mendadak menjadi penonton yang prihatin dengan jumlah penonton yang sangat sedikit. Tidak sebanding dengan banyaknya penonton. Orang-orang pada kemana?

Ada lagi kasus yang mirip hanya kebalikannya. Ketika melihat sesuatu yang trending, saya menjadi prihatin saja. Bahwa waktu yang sudah diluangkan nonton videonya, sama sekali tidak sebanding dengan ilmu yang didapatkan. Hanya membuat jengkel dan merasa kurang ada manfaat.

Hal-hal itu akan sering terjadi dan selalu terjadi.

Barangkali, nonton drama romance juga sedikit banyaknya membuat orang prihatin.

Apa Genre Romance Mayoritas Penontonnya Perempuan Jadi Perlu Pemanis Buatan Agar Penonton Halu?

Hehehe.

Kalau mau dibuat statistiknya. Maka harus ada alat ukur yang cukup valid untuk membuktikan apakah benar kalau romance itu yang lebih banyak nonton adalah perempuan?

Saya punya mantan (dia nggak menganggap saya mantan) dan suka sekali sama genre romance. Dia lelaki cuy. Jelas yaaahh, saya masih lurus seleranya.

Perlu pemanis agar penonton halu?

Bisa jadi kehaluan ini juga hiburan diantara kehidupan manusia yang berat. Tidak masalah masih ada di level halu. Kalau masuk ke level tindakan maka sudah susah. Misalnya maksa-maksa mau nikahin Lee Min Ho. ‘kan itu sudah nggak waras.

Lagian, menurut saya pemanis dalam drama memang diperlukan. Hanya saja dengan dosis yang tepat dan sesuai sama jalan cerita.

Orang-Orang Jelas Berbeda Pandangan

Orang biasa. Kalau berkumpul membicarakan kejadian.

Orang cerdas. Kalau berkumpul membicarakan ide/gagasan yang punya potensi ada perbaikan dalam dirinya.

Orang bodoh. Kalau berkumpul malah membicarakan orang lain.

Kita kecenderungan orang-orang ini saya utak-atik dengan drakor. Maka pandangan saya jadi begini.

Sebuah karya banyak diterjemahkan melalui industri. Di dalamnya ada proses dagang. Tidak bisa dipungkiri. Hal ini niscaya ada dalam drama. Biasanya dramanya berjalan sesuai dengan selera pasar. Bahkan endingnya bisa dibuat sesuai dengan keinginan pasar. Bukan murni idealisme dari penulis.

Misalnya ada lagi nih, gunakan aktor yang ganteng dan aktris yang cantik meski aktingnya buruk atau biasa saja. Padahal kemampuannya tidak sebagus itu. Tapi basis penggemar adalah market.

Tidak jarang saya mendengar alasan nggak mau nonton drakor karena paras dari pemainnya.

Di level ini, gagasan untuk memberikan drama dengan kualitas pemainnya yang mumpuni sudah luntur. Bahkan orisinilitas menjadi terganggu karena selera pasar.

Romance yang Baik. Misalnya Pada Because This is My First Life

Selain dramanya dibuat menarik, lucu, dan memesona (menurut saya). Masing-masing karakter membawa ide/gagasannya sendiri.

Perempuan yang menikah karena saling menguntungkan.

Ngejer Bissss….

Perempuan yang bisa obob sama siapa saja dan kerja keras di antara para pria yang sering merendahkannya karena ia perempuan.

Perempuan yang keinginannya sederhana sekali. Menikah dan punya anak. Sedangkan pacarnya ragu karena masalah tanggung jawab. Pekerjaannya masih nggak jelas dll.

Because This in My Firs Life adalah salah satu drama yang cukup disibukkan dengan ide-ide, gejala sosial, memunculkan kegelisahan dan hadir dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Nggak semua orang mau diajak mikir dengan ide/gagasan.

Dan nggak semua orang nyambung dengan pesan yang dimunculkan drama. Karena perjalanan manusia satu dan lainnya sangatlah berbeda.

Beberapa penonton memilih hal renyah yang mudah dimakan. Manis seperti permen kapas dan menghibur hatinya yang hanya ia yang tahu seperti apa.

Beberapa penonton memakan drama bergizi tapi nggak tahu nikmat gizi itu ada dimana.

Akhirnya…

Kita nggak bisa merubah selera dunia. Hal mudah yang kita lakukan ketika dapat sesuatu yang bagus adalah membagi ke orang lain. Persoalan orang itu mau mengikuti atau tidak, kita sudah tidak mengendalikannya.

Yang jelas. Kita punya kendali penuh atas tontonan apa saja yang akan kita “makan”. Jika ada yang masih suka dengan genre-genre pada umumnya, yang viral-viral itu, yaaa sudah tidak masalah. Kapan-kapan seleranya mungkin akan menemukan titik jenuh dan menemukan sudut pandang baru.

Begitu kurang lebihnya.

Seperti tulisan saya di sini.

Menonton sebuah drama, bisa jadi adalah pandangan spiritualitas.

You May Also Like

8 Comments

  1. selain drama ini, terima kasih susah merekomendasikan be melodramatic, itu juga salah satu the best yang saya nonton. dengar percakapan antar tokoh aja da bisa buat ketawa sendiri.

  2. Selera adalah salah satu hal yang gak boleh/bisa diperdebatkan…
    Paling banter diskusi ringan…

    Karena selera itu masalah hati, frekwensi dan kadang kala mood of the day saat nonton itu lg gimana….

    So… Semua otomatis akan tersaring kok, mana yg satu selera dgn blog ini dan mana yg punya selera lain… Jadi yaaaa gittu deh…. *Apasih

    1. nggak masalah beda selera. asal tidak memaksakan pendapat saja. daya tampung penonton beda-beda atas tontonan mereka.

      terima kasih Ami. bijak sekali.

    2. Setuju dengan selera gak bisa didebatkan, karena gak akan ada juntrungannya.
      Asalkan tidak saling mengejek selera masing2 dan merasa superior atas pilihannya.
      mau orang suka sama drama karena pemainnya, paras pemainnya, kemampuan aktingnya, atau genrenya bebas2 aja..
      yg males adalah yg merasa paling2 untuk pilihannya sendiri sehingga membuat yg berbeda pilihan merasa inferior atau kecil hati. malu utk mengungkapkan.

      pernah ada di posisi ini soalnya, dan itu gak banget rasanya, karena merasa sendirian. pdhl di dlm hati rasanya juga ingin bercerita2 bertukar pikiran.

      yg suka sama drama barat yaudah gak usah nyinyir ke yg suka koreaan
      yg suka koreaan yaudah gak usah nyinyir balik
      yg suka romcom ya pede aja diantara yg pecinta trailer atau slice of life
      dll dll

      1. btw, saya juga suka drama barat kalau di Netflix. tapi lagi di stop dulu langganan Netflixnya. Lagi nggak kepake aja sama ribet sana sini.

  3. Saya suka romance di love alarm, walaupun ide cerita ttg aplikasi love alarmnya gk bgt..tp kisah asmara antara jojo ma hye yeong terasa manis dan berkesan, antara so ah dan jojo juga terasa nyata. Adegan pertama cukup berkesan ketika jojo diikuti hye yeong trus so ah mengikuti hye yeong..ah so sweet..jojo yg kalem dan menyenangkan..kalo dibandingkan sama truebeauty..bener2 jauh bgt, sampe mikir pantesan kim sohyun ini dramanya banyak..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!