Karya Seharusnya Bicara Kedalaman, Bukan Sekadar Panjang atau Ramai Saja

Karya Seharusnya Bicara Kedalaman, Bukan Sekadar Panjang atau Ramai Saja – Seberapapun orang merayu saya untuk nonton sinetron Ikatan Cinta. Saya tidak tertarik untuk mengikutinya karena perasaan prihatin.

Iya, kalian nggak salah. Saya merasa prihatin sama tim penulisnya yang dikejar waktu untuk menulis naskah berikutnya.

Bukannya sok-sokan tahu. Hanya saja ketika saya ada di level membayangkan, jatuhnya melihat karya yang dipanjang-panjangkan tanpa bicara kedalaman.

Kedalaman di sini perlu riset, kemudian riset perlu biaya dan lebihnya memerlukan waktu yang panjang.

Kenapa SKII mahal? Karena penelitiannya lama, meski hasil temuan mereka telah dipatenkan sebagai monopoli perdagangan, mereka telah bersusah-susah di awal demi formula yang diinginkan.

Saya ngebayangin, penulis yang sangat berbakat dan profesional di bidang penulisan naskah, ketika ditodong untuk mengeluarkan karya selanjutnya, maka mereka akan ada di titik kelelahan.

Bagaimana kalau penulis lelah? Bisa dilihat dari karyanya yang nggak pakai “kedalaman”.

Coba bayangkan saja pemainnya, misalkan tanpa jeda waktu yang cukup, mereka dapat naskah dan langsung mereka goreng. Takjub. Tapi sekaligus memilukan di mata saya.

Saya pernah lihat youtube di mana di dalamnya ada Kang Maman bicara, ia bilang, ada lho sinetron yang baru 4 episode tapi nggak lanjut tayang karena tidak mendapatkan rating dan sharing yang bagus.

Dalam industri di negara kita ini, kapitalisme sungguh menjadi dewa. Menginginkan keuntungan sebanyak apapun tidak peduli dampak bagi orang lain. Meski saya juga tahu bahwa manterialisme dan sudut pandangnya terang-terangan ada di industri korea sana. Tapi, setidaknya, mereka membuat karyanya sampai tuntas.

Ada yang karena rating memotong episode sampai 12. Tapi selesai. Bukannya 4 saja kemudian berhenti tayang. Kata Kang Maman juga, kalau rumah produksinya di luar pihak TV, maka akan ditendang begitu saja. Lain soal kalau rumah produksinya adalah TV itu sendiri. Maka kemungkinan ada lanjutannya.

Sedemikian rumitnya bicara industri hiburan yang sebenarnya ujung-ujungnya cuan.

Saya membayangkan tentang drama Be Melodramatic yang mungkin miskin dengan rating dan sharing pada saat mereka tayang, tapi nggak miskin kedalaman. Kalau pandangannya hanyalah main cabut dan cabut saja, mungkin Be Melodramatic sudah dicabut.

Kemudian saya sebagai penonton merasa terampas hak-haknya.

Emang Nggak Ada? Drama Korea yang Dipanjang-panjangin?

Ada.

Kalau baru-baru ini saya melihat polanya ada di Penthouse. Kita sama-sama lihat deh. Sama-sama mau jujur, apakah drama ini masuk logika? Apakah ada relung-relung hatimu yang diisi setelah menontonnya?

Jujur, saya nggak.

Saya juga melihat banyak drama menjadi sangat “berisik”. Makanya saya banyak nggak melihat sosmed. Supaya lebih original saya ketika saya membawa perspektif soal sebuah drama atau film, bahkan karya lainnya.

Saya ingat sekali kata Sabrang, Kalau kita menjadi tenang, maka setetes air akan menjadi informasi. Kalau kita tidak tenang alias bergejolak, mau ada hujan sebagai informasi, semuanya tidak akan mampu didefinisikan sebagai informasi.

Ada juga drama lain yang dipanjangin sebanyak 2 episode. Tapi biasanya tidak sampai ribuan episode.

Satu hal yang saya pelajari dari dunia industri korea dengan baik dan buruknya adalah tentang kesungguhan.

Soal Kedalaman

Drama yang dalam adalah ketika selesai, dramanya nggak selesai muter di kepala. Ada beberapa poin dalam drama yang terus dipikiri. Karena apa? karena ada yang “mengganggu”.

Misalnya, nonton drama My Mister, saya berlama-lama memikirkan soal nasib Ahjussi yang sedemikian baiknya. Kemudian dikhianati.

Saya dapat jawaban menurut pandangan saya agak lama.

Tapi saya tulis di sini.

Ada Nggak Karya Anak Bangsa yang Bicara Kedalaman?

Banyak. Apalagi soal buku. Saya banyak merasakan kedalaman lewat buku. Makanya sinetron zaman dulu itu biasanya lebih bagus. Karena biasanya diangkat dari novel.

Kisah seperti drama Keluarga Cemara juga ada kedalaman di sana. Saya masih ingat ketika anak yang nomor dua itu siapa ya namanya? Membeli tempat minuman di tukang loak. Terus temennya yang namanya Pipin ngaku-ngaku itu miliknya.

Saya belajar pada zaman itu, bahwa unsur kesederhanaan saja sebenarnya bisa menjadi ide yang brilian.

Begitulah kedekatan biasanya lebih mudah diingat.

Akhirnya…

Jangan-jangan,perjalana hidup yang sesungguhnya adalah perjalanan ke dalam. Sedangkan kita terus dituntut untuk berjalan jauh meninggalkan diri kita. Terus jadi lupa diri. Sehingga cara pandang apapun dalam hidup kita sulit presisi dan sulit jadi bijak.

Bicara soal industrinya emang agak ruwed ya.

Emang enak jadi penonton. Tapi hati penonton seperti saya masih selalu merindukan kedalaman.

Dan itu adalah hati yang sepi~~~~

You May Also Like

7 Comments

  1. Btw min saya penasaran, kenapa ya drakor itu sudah tayang padahal masih dalam tahap produksi? Padahal drama cina atau serial barat itu selesai produksi dulu baru tayang, jadi kualitas ceritanya belum ada terpengaruh sama reaksi penonton. Jujur saja cukup banyak drakor itu ketika menuju konklusi cerita terasa sudah tidak sesuai idealisme penulisnya/tidak sesuai dengan apa yang dibangun di awal. Malah ngikutin reaksi/keinginan penonton. Hal ini menurut saya ya ga jauh beda sama sinetron yang episodenya dipanjang-panjangin. Dua kondisi ini seolah-olahsi penulis tidak punya ‘kuasa’ terhadap cerita yang dia buat 🙁

    1. nggak semua begitu. tapi makin kesini kebanyakan gitu.
      kayak kemarin, dramanya Bae Doona sama Simok itu, dibuat sebelum pendemi. jadi pas tayang yang lain nggak tayang, hajar aja dramanya tayang karena udah kelar.

      setidaknya kalau drama pasti sudah selesai beberapa episode. karena tahapnya ada reading duluan.

      tapi kenyataan memang nambah jahat aja. lagi-lagi pandangannya adalah rating dan sharing. belum lagi misal ada muatan iklan baru. kan penulisnya harus menguasai teknik pemasaran yang nggak kayak dagang dalam naskah.

      nggak menutup kemungkinan, suaru hari nanti drakor akan ditinggalkan juga bisa 😀

      yaah semoga ada aja drama satu dua deh yang bagus tiap tahunnya.

      1. Eh tapi min kayaknya ada semacam paradoks juga ya? Contohnya Lee Woo Jung writer-nim, mungkin kalau dulu Reply series ga booming terus akhirnya si penulis punya nama. Prison Playbook sama Hospital Playlist bakalan masuk ke jajaran drama bagus yang sepi ya. Karena bagi saya yang suka slice of life drama LWJ writer-nim agak ngebosenin sih. Terus My Mister juga sebenernya secara rating dan jumlah penonton (berdasarkan data tv kabel korea) itu di atas Start Up, bedanya walaupun rame penonton tapi My Mister ga terlalu heboh sosmed wkwkwk. Emang selera pasar ini kadangkala ga bisa ditebak ya min, emang seringnya yang mudah memancing keramaian itu kalau dramanya menjual gula kapas atau banyak komedi/cerita bobrok, tapi kadang yang realistis dan penuh makna bisa juga ternyata memancing keramaian.

        1. malah saya curiganya beberapa keributan di sosmed memang pakai buzzer yang berbayar sebagai media promosi.
          Ujung-ujungnya kembali ke modal lagi 😀

          yaa nggak jauh beda sama topik politik juga.

          My Mister salah satu yang terbaik yang pernah ada, tapi saya pikir akan sampai pada orang-orang yang emang mau diajak mikir.
          beberapa penonton memandang karya biasanya harus yang “wadidaw” sebagai hiburan.
          hukum alam kembali ke selera. tapi yang sangat mutlak adalah bahwa manusia pada hidupnya selalu ada perjalanan di dalamnya, termasuk soal selera.

    2. pantesan tiap kali searching2 trailer drama series kebanyakan sangat minim informasinya. kadang cuma ada teaser beberapa detik. kadang cm nongol ost nya aja. beda ky pilem atau series2 barat.

  2. Orang sekeliling suka mikir saya sok2an karena bisa betah banget nontonin macem2 series drama korea tapi tiap diinfo sinetron atau bahkan film Indonesia enggan nonton.

    Bukan sok keKoreaan, tapi memang iya mba..selama ini tiap kali namatin drama korea, ada pesan yang saya terima dan dapet , sampai di beberapa drama…pesan yang sampai itu kaya pencerahan buat saya dan proses menontonnya jadi healing journey buat saya.

    Hingga, saat ga nemuin kedalaman itu di beberapa sinetron / film Indonesia yang saya coba tonton, saya jadi hilang hasrat sebelum mencoba menonton film/sinetron Indonesia lainnya..

    Saat baca tulisan mba ini, saya kaya merapikan isi hati dan pikiran saya tentang kenapa saya bisa sejatuh cinta ini sama drama korea 😀 yang tadinya susah saya jelasin ‘kenapanya’ ke orang lain..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!