Drama Korea Lost : Tak Sekadar Drama, Ini Soal Kegelisahan Manusia

drama korea lost

Drama Korea Lost : Tak Sekadar Drama, Ini Soal Kegelisahan Manusia

*maaf spoiler. Lebih baik tidak membaca jika tidak ingin dikasih bocoran kisahnya.

Ost kedua itu terdengar menyatu dengan gambaran dalam drama. Ost Sondia yang mana telah menggaruk-garuk perasaan saya pada drama My Mister dengan judul berbeda.

Lost berjalan cukup lancar perminggu dengan saya usahakan nonton bener-bener rutin. Kehadirannya memang saya tunggu. Bukan menyoal tentang perasaan menggebu soal penasaran. Tapi sebuah perasaan akrab di dada yang membuat saya ingin lagi dan lagi melihat drama berjalan.

Tiap detik dalam pengambilan gambar tanpa kata-kata. Saya merasakan intensitasnya yang kental menyentuh perasaan.

Tiap dialog pribadi berupa ucapan-ucapan jujur dalam dada, saya benar-benar takjub dan merasakan bahwa Lost ditulis dengan baik.

“Kejujuran.”

Begitu terasa.

Penulis Lee dipahami mengalami “kemarahan” pada hari-harinya oleh orang terdekatnya. Padahal perasaan terjujurnya adalah “sedih.”

Makin episode berjalan. Saya mulai memaklumi mengapa ia sempat ingin melakukan budir dengan masuk ke dalam klub.

Betapa tidak. Sebagai manusia yang ingin diakui, ia hanya harus cukup puas dengan dipencundangi sebagai penulis bayangan. Tidak bisa bilang ke keluarga bahwa ia sudah lama tidak bekerja di penerbitan. Bahkan kehilangan bayi di dalam perutnya.

“Karena terlalu sibuk. Aku bahkan belum sempat bahagia merasakan anakku dalam perutku.” Kemudian tahu-tahu janin itu sudah mati.

Penulis Lee “disentil” soal kematian saat memiliki anaknya dalam perut. Lewat ucapan dokter, perasaan kehilangan itu nyampe kepada saya sebagai penonton.

“Bagaimana kamu merasa ingin pulang padahal kamu ada di rumah?”

See?

Bagaimana pemahaman acapkali tidak mampu dicerna oleh orang-orang sekitar? Bagaimana hidup kalian? Apakah ada orang yang benar-benar memahamimu?

Pernah nggak? kalian cerita ke seseorang, kemudian kalian harus cerita berulang kali. Karena orang tersebut tidak terlalu menyimak. Manusia lebih suka melihat sesuatu dari untung rugi dirinya, jarang ada yang benar-benar memperhatikan dengan sepenuh hati.

Tidakkah sebagai keluarga, seharusnya seorang pasangan yang paling merasa ada sesuatu yang tidak beres akan pasangan lainnya?

Menjadi saling asing dengan orang terdekat adalah hal menyedihkan. Tapi entah mengapa, saya merasa hal ini dekat dengan kehidupan banyak orang.

Tidak Soal Perselingkuhan

Penulis Lee punya hubungan unik dengan seorang pemuda yang pekerjaannya adalah aktor pesanan.

Sedangkan suami dari Penulis Lee, Jin Jung Soo, sering jalan dengan mantan kekasihnya.

Awalnya, saya menduga akan jadi kisah perselingkuhan.

Tapi nggak di situ atmosfernya. Jika ujung-ujungnya ada adegan yang mengarah ke sana. Maka nuansa yang dibangun dari kedua pasangan ini bener-bener alami tanpa pemanis buatan. Bahkan dalam tatapan mereka selalu ada jarak.

Mungkin. Karena tiap karakter membawa nasib beratnya masing-masing.

Soal Kerinduan pada Mimpi yang Telah Usang

“Aku pikir. Setelah aku berusia…. Aku akan memiliki… Akan menjadi…”

Begitulah ekspektasi manusia sewajarnya. Kemudian kita berkali-kali harus dihadapkan dari realitas yang mungkin membuat kita terlempar jauh dari mimpi-mimpi itu.

Kemudian setelah bersusah payah. Mimpi-mimpi itu masih saja terlalu “mahal” untuk dibayar. Bahkan mungkin membuat diri kita seolah pencundang.

Kegelisahan manusia kepala 4. Pun kegelisahan para pemuda. Semuanya sama-sama gelisah. Kemudian merayakan kesedihan bersama?

Lee Kang Jae adalah pemuda yang ekonominya biasa-biasa saja. Ayahnya meninggal saat ia remaja, jarang beli baju baru kemudian merasa gembira karena membeli baju serba hitam di upacara pemakaman ayahnya.

Kang Jae menanyakan apakah itu kematian? Apakah itu kehidupan lewat kegelisahannya. Bagaimana ia merasa tidak merasa memiliki sesuatu dalam hidupnya.

Kegelisahan itu ia rasakan bersama dengan Penulis Lee di beberapa kali kesempatan.

Adegan di motel yang dimana mereka hanya berbaring dan mencoba untuk tidak memikirkan sesuatu, itu sangat menyayat. Ketika mereka menghabiskan banyak waktu di tempat asing selama beberapa waktu pun saya merasa beruntung karena bisa menghabiskan waktu bersama dengan orang yang memahami satu sama lain.

Anak muda lekat dengan mimpi yang disusun satu demi satu. Lalu, yang tidak punya mimpi “jelas” dipandang sebagai pemuda yang tidak punya masa depan?

Saya yakin ada kegelisahan itu dalam diri Kang Jae yang mana ia merasa Penulis Lee cukup beruntung dengan punya orangtua, mertua, pasangan, dan pernah kerja kantoran secara jelas.

Nonton Drama Lost itu… Mengingatkan saya dengan pemikiran dalam diri bahwa;

Tidakkah dunia tidak terlalu ramah dengan kesedihan?

Tidakkah dunia tidak terlalu ramah untuk kegegalan?

Tidakkah diri kita pun acap kali menolak menjadi diri kita sendiri yang mengalami hal-hal itu?

Tidakkah tinggal di dunia telah membuat diri menjadi terlalu serakah? Seperti ucapan Kakek yang ia merasa bahwa tinggal di Seoul telah membuatnya sedikit demi sedikit menjadi serakah. Saya merasakan hal ini lebih dekat dengan tuntutan hidup layak di dunia perkotaan yang lama-lama kelamaan jadi nggak masuk akal. Mudah bikin orang jadi stress.

Maka.

Pernahkah dalam hati kalian terasa kosong?

Nonton Lost itu, seperti hati ini diketuk-ketuk berkali-kali oleh keindahan sekaligus hal-hal menjengkelkan. Drama Lost bukanlah soal hitam dan putih kehidupan. Hidup, punya warna lebih banyak dibandingkan hitam dan putih.

Mungkin ada benarnya bahwa kekosongan adalah tujuan tertinggi di dalam spiritualitas. Kekosongan bukan objek, tidak ada yang perlu dituju. Tidak perlu ada yang diraih. Kekosongan berarti keterbukaan terhadap segala hal.

Tidakkah, diujung sana, kebanyakan hal yang terjadi dari hidup. Adalah soal penerimaan?

Dan saya juga nulis terbaru di sini. Tulisan acak soal kematian Bapak tempo hari..

Link trakteer mimin masih di sini.

Mari kita tunggu sebentar lagi 2 episode terakhirnya. Tulisan ini tidak menjadi benar-benar ulasan. Hanya semacam perasaan yang tersalurkan dengan tulisan atas apa yang pernah ditonton.

You May Also Like

2 Comments

  1. Thanks min sudah diulas lengkap…dan d adegan trakhir minggu ini saat gang jae mencium bu jeong jg ciumannya terasa sedih, ragu namun jg penuh rindu
    Akting mreka bener2 g kaleng2 …😌

  2. Baca tulisan ini sambil ngebayangin adegan demi adegan dramanya. Rindu hari sabtu karna drama ini ❤️

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!