Saya nulis kesan pertamanya di sini.

Saya mengikutinya dengan setengah hati. Agak bertahan karena penasaran siapa pembunuh yang sebenarnya dan saya kadung banyak menuduh banyak karakter.

Sekali lagi, di awal sebenarnya saya nggak suka-suka banget. Ngikutin dengan riang gembira karena ada sosok pemain yang saya suka banget. Lee Minki dan Han Jimin. Suho mah nggak terlalu yaaakk, heheeh.

Nontonnya agak harus dibuat sabar karena makin episode nambah, makin yakin saya salah sangka.

Memikirkan Lee Minki dan Han Jimin main bareng sudah seneng. Tapi kalau genrenya begini saya nggak terlalu suka. Sebagai drama komedi, kadang lucunya dapet, kadang nggak dapet aja. Untuk genre detektif juga nggak terlalu.

Untuk genre romansa apalagi, sosok kedua peran utama lebih ke pemecahan kasus sampai akhir, meski agak memungkinkan keduanya masuk dalam kisah romansa pada episode 17.

Tapi episode 17 itu nggak pernah ada. Kayak kisah cinta mimin dengan dia. Hikssss…

Menjawab semua pertanyaan ternyata yang jahat itu Bapak-Bapak yang jadi Cenayang, padahal saya sudah banyak menuduh. Tapi, sebelum saya tahu Bapak Cenayang adalah pelaku, saya sudah dapat spoiler dari IG. Kemudian saya spoiler di sini.

Kenaaakkkkk deehhhh…

Hehehe.

Udah gitu rasanya agak aneh aja kenapa harus pegang bokong, kenapa nggak pegang yang lain? Yang lebih normal aja.

Jujur nggak bisa ngomong banyak soal dramanya. Yang suka? Jelas ada, namanya saja karya seni, konon katanya bisa kasih 10/10. Tapi bagi saya kayaknya belum yaaaa. Belum jadi kesayangan dan kesukaan. Meski di awal tertarik buat lihat.

Tarik napas….

Alhamdulillah selesai.

Drama ini akan sangat mungkin menjadi yang mudah dilupakan karena nggak terlalu membekas di hati. Heheheh. Please laahh mimin jangan dibully kalau bilang nggak suka dramanya.

Segitu ajaaaaa…

Trakteer mimin di sini yaaaa… Yook. Ehhh.