Besok Sore Kumpulan Tulisan Curhat Mimin Membandingkan Pencapaian Manusia dalam Hidup

Membandingkan Pencapaian Manusia dalam Hidup

Hari ini saya melakukan kesalahan besar. Hari ini saya membuka sebuah instagram milik seseorang yang sudah lama tak saya tahu keberadaan dan keadaaanya. Kini dia telah menikah, tambah cantik, eehhh ditambah karir moncer di salah satu BUMN.

Lihat kakinya aja glowing banget.

Ya Allah, otak langsung membanding-bandingkan. Kemudian ngerasa bukan siapa-siapa.

Kemudian langsung istigfar. Langsung mengajak diri ini kembali bersyukur setidaknya sudah bertahan sejauh ini.

Mungkin pencapaian saya tidak signifikan. Bisa dibilang sangat perlahan. Jadi ASN setelah 9 tahun menjadi honorer dan mendapatkan sertifikat pendidik lebih dari 10 tahun kemudian.

Masih di bulan ini, saya akan melangsungkan yudisium. Meski kalau diingat-ingat kehadiran ASN di sekolah makin banyak dan jam saya dikurangi yang bisa bikin tunjangan saya tidak cair. Konon katanya, bisa cair di triwulan 1 di tahun 2024. Mungkin bulan april. Masih lama.

Kampus mengundang untuk yudisium dengan bayaran sekian ratus ribu, juga karena ada di luar kota, kalau ke sana butuh ongkos. Awalnya saya nggak mau datang, mikir uang nanti mending bayar cicilan motor atau beli pakan kucing buat jualan.

Tapi kok dipikir-pikir rasanya ingin ikut karena pertimbangan.

Sedikit cerita, ‘kan saya jualan pakan kucing, nitip ke Mbak saya. Ternyata macet setoran sampai 3 juta dan saya mulai nggak bisa beli pakan kucing lagi kalau ada varian yang habis. Awal niat jualan tentu saja untuk cari tambahan, mengingat saya sendiri sudah lama jualan macem-macem. Jadi, agak jadi kebiasaan.

Ingin untung malah uangnya mandeg. Ingin lancar tapi macet. Kadang uang yang bener-bener punya kita aja nggak bener-bener berjalan buat kita sendiri. Bener-bener cuma kuasa Allah yang mau memberikan rezeki kemana yang Dia kehendaki.

Kalau belum rezeki mau gimana? Jadi, kakak saya juga masih sama mengalami kesulitan keuangan. Yaahhh begitulah hidup ada-ada saja cobaannya.

Oh iyaaa, sekadar mengudar perasaan bahwa jika hanya ini kesempatan saya untuk terakhir kalinya kuliah, saya ingin merasakan yudisium. Mumpung, Ibu saya masihs sehat dan terakhir naik kereta saat usia saya 18 tahun (15 tahun yang lalu), nanti ke kampus naik kereta lagi, meski naik ekonomi yang murah banget. Hhahaha. Dapat tiket 49rb dong, meski duduknya terpencar. Soalnya mau habis dan tanggalnya di akhir pekan.

Saya ingin merasakan hal “itu”. Duduk merayakan kelulusan.

Sepanjang kuliah PPG, jujur itu berat banget, juga diuji tentang kesabaran karena diundur ujiannya dari februari di jadwal awal sampai bulan juni akhir. Pengumuman yang harusnya juli dan malah muncul di bulan agustus. Nunggunya sampai sering kelupaan kalau sedang kuliah dan menatikan ujian.

Laptop lama lemot dan ngutang laptop baru (lunas di bulan januari). Juga keadaan-keadaan sulit di sekolah dan dinamika tugas yang silih berganti. Masih teringat saya suka keringat dingin ketika mau presentasi dan ujian komprehensif.

Pusing. Hahahahahha.

Ingat malu juga. Karena ngerasa kemampuan diri yang kurang.

Habis ujian pengetahuan malah keingat-ingat soal yang gampang dan saya salah jawab. Inginnya setelah ujian yaaa dilupakan, tapi soalnya malah dingat-ingat. Sebelum ujian dimulai saya mual semual-mualnya sampai mau muntah karena terlalu resah.

Di depan laptop, saya berdoa, “Tuhan, sungguh jika mengandalkan kemampuan diri, hamba tidak kuat menanggungnya. Maka, bimbinglah, lancarkanlah, luluskanlah.”

Dan saya lulus hanya dalam sekali tes ujian. Saya bersyukur akan hal itu, karena nggak semua mendapatkan kenikmatan itu.

Detik ini. Kehidupan keuangan belum membaik sesuai dengan keinginan di mana menginginkan utang lunas. Meski demikian, saya masih dikasih kesehatan dan kekuatan bekerja. Oleh karenanya, lulus adalah pilihan yang bukan pilihan, karena memang saya mendorong diri saya untuk lulus. Masih ingat dalam ingatan kalau saya belajar dengan ugal-ugalan sekali. Tiap ngelamun, langsung narik soal-soal buat dibaca dan dihitung.

Tentu ada kebanggaan, semua kerja keras berbuah kelulusan dan alhamdulillah diiringi dengan doa baik orang sekeliling dan pembaca tentunya. Karena jujur aja, setiap orang saya mintain doa.

Terima kasih untuk kalian atas doa-doanya.

Kemudian, emang bener-bener harus banyak istigfar mengenai membandingkan diri dengan orang lain. Semoga meski kaki saya nggak glowing amat kayak Mbak yang saya intip IGnya itu, hidup saya semoga masih jadi cahaya bagi orang lain. Masih berguna bagi orang lain.

Alangkah hinanya jika uang yang saya miliki dihabiskan untuk maksiat, uang yang saya miliki besar kecilnya dengan tertatih membereskan masalah orangtua yang bahkan tidak saya pahami betul. Tuhan pasti tolong, Tuhan pasti bantu. Tuhan pasti kuatkan. Karena jika Tuhan berikan cobaan seperti ini, Tuhan pasti kasih saya energi untuk melaluinya.

Kadang, dalam hidup tuh cuma pengen ditanya sama Ibu saya, “Apa kamu merasa kesulitan”. Alih-alih mengira saya terus-terusan punya uang. Cuma itu aja, tapi yaaahh sudahlah yaaa.

Semoga kuat yaaaa. Minta doa. Semoga saya juga ketemu jodoh yang sayang sama saya. Aamiin.

4 Likes

Author: besoksore

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Comment

error: Content is protected !!