Cobaan Hidup
Saya nggak tahu harus cerita ke mana. Saya mau cerita sedikit di sini.
Saya tinggal bersama Ibu dan Kakak saya laki-laki yang usianya 40 tahu. Kakak saya ini jahat sekali. Hari ini dia ngamuk-ngamuk minta uang sambil ngancam-ngancam.
Hidupnya tidak pernah berubah. Menyusahkan orangtua. Bapak saya meninggal di tahun lalu dalam keadaan diteror olehnya.
Keluarga kami jadi banyak utang karena terus menerus memberikan apa yang orang itu mau.
Kalian tahu? Dia minta hape. Kemudian baru beberapa hari bosan. Minta yang baru lagi. Usai minta hape. Kemudian minta yang lainnya.
Senjatanya cukup satu. “Mengamuk.”

Membanting barang.
Membanting pintu.
Merusak kedamaian orang lain.
Dulu. Waktu kecil. Saya sering kehilangan uang karena uangnya dicuri olehnya.
Dulu. Tiap saya menyukai barang. Barang itu langsung dibuangnya jika permintaannya dituruti.
Orang itu pernah menikah. Namun dalam usia pernikahan yang belum sampai 3 tahun. Mereka berpisah. Tentunya. Tidak ada perempuan yang tahan dengan sikap orang itu. Punya anak satu yang ikut dengan Ibunya.
Kalian tahu?
Dengan jahatnya orang itu bilang, kematian Bapak adalah karena Ibu saya. Padahal, dialah yang paling sejahat-jahatnya anak.
Bapak saya semasa hidup pernah berucap. Bahwa hidupnya menderita karena anaknya yang satu itu. Hingga ingin pergi jauh. Kemudian tidak lama, Bapak berpulang karena COVID 19.
Kalian tahu? Yang paling menyedihkan adalah mengingat bahwa Bapak semasa hidupnya nggak pernah bahagia.
Sepulangnya Bapak pada pelukan Tuhannya. Saat baru saja pulang usai pemakaman. Orang itu langsung meminta motor dan baju-baju Bapak yang bagus.
Ketika diminta mendoakan. Ia dengan lantang berkata tidak mau mendoakan Bapak.
Saya pernah diusirnya dari rumah ini (rumah orangtua kami).
Kalian tahu? Apa yang dia inginkan harus ada saat itu juga. Tidak boleh tidak dituruti.
Kadang…
Saya malu. Saya kecil hati.
Saya malu ketika dekat dengan seseorang dan harus menunjukkan sisi saya yang menderita karena kehadiran orang itu yang begitu menjadi beban.
Saya malu atas keadaan keluarga saya.
Berkali-kali saya ingin pergi dari rumah.
Tapi mau ke mana? Saya tidak punya tempat tinggal saat ini.
Bingung
Usianya kini 40 tahun. Tidak bekerja. Menjadi beban keluarga. Manusia usia 40 tahun adalah manusia yang sudah jadi. Bukan yang bisa dinasehati.
Sampai kapan saya dan Ibu saya harus tinggal sama orang jahat seperti itu?
Saya kadang lelah sekali.
Sungguh.
Sampai-sampai saya kalau punya sedikit uang saja harus bisa terlihat “tidak punya uang” supaya tidak diporoti.
Saya ingin hidup biasa saja. Dengan keluarga yang baik. Bekerja dan mengusur kucing-kucing saya.
Lebaran Masih Lama
Manusia apa yang minta uang lebaran ke orangtua yang bekerja sebagai penjahit yang sudah sepuh.
Kemudian ancam sana dan sini.
Saya muak.
Muak sekali.
Sampai saya pernah bilang. Bahwa kehidupan barangkali lebih mengerikan daripada kematian.
Dari kecil saya hidup dengan orang jahat itu. Saya lelah sekali.
Ingin kabur.
Dia tidak pernah tahu rasanya cari uang. Tapi meminta dan membuang uang seenak jidat.
Akankah pertolongan Tuhan masih ada? karena saya hidup berdampingan dengannya.
Kak, ini cerita beneran?
Ya Allah, bacanya aja nyesek, gimana jalaninnya?
Tapii…gak mungkin ada cobaan, yg kita gak mampu melewatinya…
Dan gak ada cerita, yg tidak ada endingnya…semua kisah pasti akan ada akhir…
Cumaa…kita harus sabar…
Yakin ya kak, dan percayalah…cerita ini akan ada endingnya…
bener. pun hanya secuil kisah.
aslinya jika dijabarkan, masih sangat panjang kisahnya.
waktu saya masih SD, saya pernah dibuang oleh kakak saya di pasar.
alasannya adalah dia minjem motor ke bapak dan saya ditinggal.
kemudian kakak saya bawa kabur motor untuk dijual.
alasan masih bisa menjalaninya adalah karena saya masih hidup.
Yang kuat ya kak. Jangan minder krn kakak berhak utk bahagia tnp terpengaruh kejelekan siapapun. Suatu saat “dia” akan kena karmanya (eh malah nyumpahin)
dikuat-kuati.
sudah sejauh ini saya bertahan. minta doanya agar dunia saya ini sedikit melunak.
kaka admin yang mengalami, aku yang kesal.
aku bakal minggat, aku tipe orang yang menghindar
jadi kalo aku kenal dengan orang yang jahat, aku bakal menjauhi orang itu
aku menghindari kontak/ketemu sama orang kayak gitu
mungkin karena di keluarga ku gak ada yang sejahat kakaknya kk admin
tapi kalo aku jadi kk admin, mungkin aku bakal milih kabur aja
aku ajak ibu kabur, ke belahan indonesia yang lain
mau makan apa, ntar juga ada rejekinya
kalo ibu gak mau ikut karena dia masih sayang sama si kakak,
tinggalin aja ibu gak apa-apa
tapi minta ridhanya
supaya di tempat lain setidaknya bisa hidup dengan tenang
bekerja fokus mengumpulkan uang, kalo ada lebih bisa ajak ibu lagi,
kalo dia masih gak mau juga setidaknya bisa menafkahi ibu
kk merantau aja ke jakarta
kk pandai menulis blog, aku yakin setidaknya ada pekerjaan yang cukup untuk kk dalam menulis.
serasa nonton white tiger, yang jahat neneknya
tinggalin aja
it must be a hell for you
aku punya rumah di cikarang, jawa barat yang kosong gak ditempatin
kalo kk beneran mau merantau, tinggal aja di rmh ku itu..
hai ninda, terima kasih atas kebaikannya. saya terharu sekali.
kemungkinan beberapa bulan mendatang saya akan nerima SK ASN PPPK kak.
penempatan kerja saya dekat dari rumah yang saat ini ditinggali. masih satu kecamatan.
jadi. pergi jauh bukanlah pilihan yang tepat.
alhamdulillah
tapi dengan kk admin dapat SK ASN itu, aku yakin kakaknya kk admin malah bakal mencuri surat itu buat digadaikan ke bank.. atau bakal ngejar kk admin buat minta uang terus dengan kalimat “kan lu PeeNeS!”
aduh, koq aku su’udzan
tapi orang kayak gitu gak akan berubah..
semoga Allah memberkahi hidup kk admin,
sama banget…aku juga berpikir begini…hanya *maaf* kematian yang bisa menghentikan orang itu. aku baru saja membaca kisah ini, setelah sekian lama tidak mengunjungi blog ini, aku berharap mimin selalu sehat dan dikuatkan Tuhan. Tuhan ada bersama mu dan akan selalu menolongmu,,, klise memang tapi itu nyata nya.
halo mba..
saya punya cerita yg sedikit mirip dgn kakak anda.. cuma saya diposisi kakak anda skrg.
sudah 4 bln ini saya mengganggur.. saya pulang ke rumah ortu saya dikota ini dan meninggalkan istri saya dgn ketiga anak saya dikampung. saya berusia 34 dan istri saya 30.
hampir tiap hari saya minta uang ke ibu saya utk beli rokok aja sih, dan kalau TDK dikasih saya memang hanya diam dan pasang muka marah.. saya blm sampai ke tahap emosi sampai marah2, ataupun banting pintu..
yg ingin saya katakan, sama, saya jg tidak memiliki tmn bicara.. jadi terkadang kepenatan, stress, beban hidup itu saya tanggung sendiri, saya tidak membenarkan tindakan saya ini, sbg seorang suami dan seorang ayah saya sudah gagal utk periode ini, sebenarnya saya ingin merantau, ke timur sana, tapi keluarga melarang..
intinya saya harus merantau atau saya harus segera dapat kerja sebelum otak saya eror atau bisa2 seperti atau bahkan lebih parah dari kakak anda..
coba komunikasi yg baik dgn kakak anda, arahkan dia utk merantau, hanya itu satunya jalan agar pria2 seperti kami ini menemukan tujuan hidup dan mudah2an menjadi pribadi yg lebih baik.
saya pernah bicara tahun lalu.
saat itu dia minta dibelikan senjata. harganya cukup mahal 1.5.
itu membuat ibu saya harus menggadaikan BPKB motor yang saya miliki. tapi saya malah diejeknya. saya menangis saat itu.
kemudian saya ungkapkan apa yang saya rasakan secara jujur. bahwa semua penderitaan yang saya dan keluarga alami adalah karenanya.
ia sungguh buruk. keluarga kami pergi dari satu utang ke utang lain hanya karena obsesi tidak masuk akalnya. tentang keinginan yang harus dipenuhi.
lalu apa ucapannya, dia memutar balikkan segalanya, “orang ini itu KAKAK KAMU.” begitu katanya. dia tidak mau buruk sendiri. melainkan kami harus menerima keburukkannya.
hidup kadang seperti di neraka.
bicara dengannya tidak pernah nyambung. dan saya sudah terlalu lelah untuk itu.
merantau?
cita-citanya adalah menjadi beban. ia tidak pernah mau bekerja dan tidak punya pengalaman kerja. hingga usianya 40 tahun. tidak pernah saya lihat ia bekerja dengan upaya semaksimal mungkin.
kemudian kamu tahu kak?
ibu saya dalam usia tuanya, kemarin bilang, ia berdoa, “kalau hidup begini sulit. apa tidak mengapa kalau minta mati?”
kami lelah. sangat lelah.
Aku berdoa utkmu, min.
Setelah ini akan segera datang secercah terang di tengah keluargamu.
Tenanglah & teguhlah, Tuhan akan membuka jalan bagi keluargamu di waktuNYA yang tepat.
God loves you.
Amin.
aamiin. terima kasih Mima.
Semoga mimin kuat, insya Allah sedikit lagi sebentar lagi pasti diberi jln kluar, smoga Allah memberikan ketenangan hati n’ pikiran unk mimin n’ ibu dlm kondisi skrg