Ketika Ji Soo ditendang dari Produksi Drama – Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, tergantung jam berapa kalian baca. Semoga keselamatan mendampingi kalian.
Alasan kenapa saya nggak update juga adalah karena masalah kesibukan di pekerjaan lain. Banyak yang harus diurus sehingga saya baru bisa buka besoksore di akhir pekan. Wkwkwk
*kayaknya saya harus bener-bener bikin jadwal gitu biar postnya lebih rapih aja. Masalahnya saya nulis di empat tempat berbeda.
Jadi, mari sebagai pemanas. Saya tuliskan tulisan tentang kasus yang sedang hangat. Tentunya berdasarkan pandangan pribadi saya.
Ji Soo Pada Mulanya…
Ji Soo adalah aktor yang sulit saya lupakan pesonanya meski dia hanya peran pembantu. Terutama soal suaranya yang sangat khas.
Khas kenap pilek.
Yang ini mampet. Yang ini nggak.
Begitulah kira-kira.
Munculnya Ji Soo sekilas dibeberapa drama juga cukup berkesan. Nasibnya sering nggak mujur dalam naskah. Misalnya saat main Moon Lovers bareng IU. Dia bukan pangeran yang dicintai tapi rela berkorban aja.
Senyumnya juga manis.
Ketika ada judul drama baru dimana Ji Soo jadi peran utama yang sama Nona Kim itu. Saya jelas nonton. Meski tentu saja Ji Soo bukan pesona utamanya.
Tapi perlu kalian pahami bahwa pandangan saya terhadap aktor itu tidak ada unsur fanatisme. Suka yaa udah. Nggak suka yaa udah. Tidak ada unsur terlalu mencintai atau membenci di dalamnya.
Hingga Ji Soo Kena Kasus Karena Masa Lalu
Bullying atau perundungan. Sebuah sikap yang sama sekali nggak dewasa. Apalagi dilakukan oleh orang yang sebenarnya cukup dewasa. Konon, Ji Soo punya aib di masa lalu.
Sebuah perlakuan yang membuat hati korbannya menjadi “kecil”.
Tengok saja bagaimana perundungan di sekolah (misalnya dalam drama). Begitu mengerikan. Korbannya biasanya menghadapi perasaan-perasaan tidak menyenangkan ketika bertemu dengan pelaku.
Ji Soo, cukup moncer dengan karirnya sementara ia membuat luka di sebagian orang.
Hingga aib ini keluar. Ia mengaku dan harus mundur dari drama yang ia mainkan.
Sebuah Citra
Di korea sana. Citra itu penting banget. Para pesohor bisa tidak dipakai lagi ketika citranya tercoreng.
Meski pada kenyataanya kita semua sama-sama tahu banyak orang yang hidup dalam pencitraan. Mereka menjual “citra”.
Apa yang kita lihat di tv sebagai keindahan. Kenyataannya bisa tidak demikian.
Pada banyak kejadian saya juga belajar, bahwa menilai sesuatu itu secukupnya saja. Bahkan akan lebih enak kalau menilai dengan sudut pandang tertentu.
Misalnya kasus Ji Soo. Secara aktor tidak terlalu bermasalah dengan perangainya di depan layar. Untuk urusan perilakunya bisa jadi urusan lain.
Beberpa rumor lain juga muncul seperti simfoni mengerikan yang tiada henti.
Aahh yaaa, Ji Soo semoga kamu dapat pelajaran dari kasusmu. Dapat pelajaran tentang siapa yang menuai, dialah yang memanen.
Betapa aib saya bisa membuat keributan dan menyebabkan orang lain pekerjaannya terganggu (tim produksi drama yang sedang dimainkan). Sebuah efek domino pada akibat “citra lain” yang ketahuan.
Kini… Makin Dewasa… Makin ditunjukkan Banyak Peristiwa
Bahwa membaca hati manusia makin sulit saja.
Manusia pada zaman sekarang mudah membagi perasaannya kepada dunia lewat internet. Tapi kemudian muncul dengan sesuatu yang bertolak belakang dengan hal itu.
Keluarga bahagia yang biasanya dimunculkan di internet, kemudian di lain waktu menggambarkan kebahagian itu seolah ilusi saja.
Sebuah citra positif dengan tingkah yang hangat, bisa jadi tidak jauh dari topeng belaka.
Manusia semakin terlihat. Semakin kemungkinan salah menilai juga sama banyaknya.
habis jisoo sadboy, terbitlah jisoo blekping
wkwkkwkw