Ulasan FTV Bagaimana Menyadarkan Istriku yang Terlalu Terobsesi K-Pop

Semua ini gara-gara pembaca saya yang namanya Lugi. Dia tahu banget kalau saya nggak punya TV. Jadi, saya dikasih link untuk nonton FTV-nya.

Karena hati saya bergetar mau ngakak pas baca judulnya. Saya langsung copy judulnya dan buka di tab baru. Alhamdulillah wifi kenceng kayak tali beha yang masih baru. Akhirnya nonton dengan lancar. Durasinya juga nggak panjang. Udah kayak satu episode drakor aja.

Pemainnya Siapa Aja?

Lucky Hamik memerankan seorang suami yang cukup sabar menghadapi kelalukan suaminya dan Puy Bramantya yang memerankan sosok Karin.

Sinopsis Singkat FTV Bagaimana Menyadarkan Istriku yang Terlalu Terobsesi K-Pop

Akhirnya Nonton.

Dikisahkan Karin seorang penggila dunia kpop mulai dari idol sampai dramanya. Pernah suatu ketika dia kecelakaan bareng suaminya saat mau ke bandara dan lihat idol.

Karena Masnya dianggap lalai dalam bekerja karena pergi ke bandara, dipecatlah. Sang suami sudah mengeluhkan perilaku Karin. Tapi Karin malah bareng sama Mas lainnya yang mendukungnya akan obsesi kpopnya.

Karin dikasih laptop untuk nonton drakor dan dikasih kartu kredit demi melancarkan bucinnya.

Karin ini gara-gara ada Park Jimin yang nongol di Tvnya langsung teriak-teriak sampai bikin suaminya bangun dan marah sampai merobek semua poster yang dipasang sama Karin.

Karin marah dan bersumpah akan pergi ke lain hati karena suaminya hanyalah tukang ojek. Karin katanya mau ke pria yang lebih kaya.

Jeritan dan tangisan Karin sampai ketelinga ketua RT. Ehhh Si Karin bilangnya ada KDRT yang dilakukan sama suaminya.

Singkat kisah. Karin sama lelaki lain usai cerai sama suaminya. Namun, pria barunya bernama Ardi ternyata hanya memainkan Karin dan punya gandengan baru. Karin malah ingat suami lamanya Dion. Karin nggak jadi nikah sama Ardi.

Karin mencoba menghidupi dirinya dengan bekerja. Ketemulah sama mantan suami yang ngajak balikan. Kemudian Karin mau. Balikanlah…

Dion ini mencoba mendukung Karin dengan keinginan libur ke korea. Tapi kali ini Karin sadar, dia nggak mau punya obsesi berlebihan dan mau jadi istri yang baik

Komentar

Buseettt. Kurang lebih saya buatnya sama seperti saya mengulas drakor ya? wkkwkw.

Mau jujur komentarnya? Oh ya, masa iya bohong.

Terlihat sekali bahwa FTV ini dibuat dengan biaya produksi yang sangat rendah. Editing yang kasar dengan musik yang tidak terlalu berarti mengingatkan saya sama youtuber yang harus editing sendiri karena nggak ada biaya untuk mendelegasikan pekerjaan editing pada ahlinya.

Untuk pemainnya lebih sering menggunakan otot untuk mengekpresikan diri mereka. Alhasil akting keduanya sama-sama kasar. Untuk sinkronisasi keduanya juga terasa janggal.

Ide ceritanya sendiri cukup menarik. Sayang eksekusinya telalu mengada-ada bagi saya. Meski tertulis kisah nyata.

Kisahnya siapa wooiii jelaskan gitulah.

Bagaimana Menyadarkan Istriku yang Terlalu Terobsesi K-Pop?

Mirip-mirip sama artikel di wikihow judulnya. Tapi eksekusi kisahnya sama sekali nggak demikian. Apabila pertanyaan tersebut muncul dari seorang suami, di sini malah sang suami setidaknya mendukung kemudian istrinya sadar sendiri bahwa ia hanya ingin menjadi istri yang baik di kesempatan kedua.

Istrinya malah sadar usai diselingkuhi sama pacar barunya.

Jadi, bisa saja judulnya menjadi Kisah CLBK setelah Diselingkuhi Pacar Baru.

Kan bisa jadi tuh begitu.

Apakah menyudutkan Kpop dengan FTV ini? Memberikan image negatifkah?

Saya nggak merasa tersudutkan. Secara pribadi.

Saya yakin di luar sana banyak orang yang suka sama idol atau drama tapi masih menjalankan kehidupannya seperti biasanya. Masih masak buat keluarga, masih mencari nafkah seperti biasanya, masih momong anak juga, dan tahu porsinya ada dimana.

Kesimpulan?

FTVnya nggak bagus sama sekali. Saya skip di pertengahan dan langsung diujung. Dalam FTV dikisahkan terlalu singkat, dapat sedikit masalah kemudian taubat dan ingin menjadi istri yang baik.

Hidup adalah getaran yang mengalir. Tidak hanyalah hitam dan putih. Pola-pola dalam FTV setidaknya hampir punya pola yang sama.

Entah dimasa yang mana, saya merasakan karya anak bangsa yang bener-bener dibuat dengan keseriusan. Bukan asal jadi dan menjaring banyak penonton saja.

Entah kapan. Hanya Tuhan yang tahu.