Sinopsis Drama Korea Voice 2 Episode 6 Part 2 – Bagian yang pertamanya bisa kamu baca di sini yaaa…
Do Kang Woo melanjutkan. “Jangan melampiaskannya ke Tim Golden Time. Hanya satu bulan, Tim Golden Time bebas bertindak sedangkan aku harus menuntaskan urusanku. Jika kami gagal menangkap pelaku dalam waktu satu bulan. Aku akan menyerah. Silakan tuntut aku lagi nanti. Aku akan dipenjara sesuai dengan keinginanmu.”
“Dasar gila. Kenapa kamu mencari alasan untuk lari? Baiklah… karena kamu berjanji akan dipenjara, bertindaklah sesukamu. Kang Woo yaa… tolong akhirilah hubungan terkutuk ini.”
Setelah Na Hong Soo pergi. Kwon Joo berkata bahwa Kang Woo tidak perlu bertanggung jawab atas apa yang dilakukan tim golden time, dan kali ini Kang Woo berkata bahwa karena kita adalah tim *ahhh tumben.
Dan Kwon Joo berkata pada Agen Jin bahwa jika hal ini terulang lagi maka dia akan dipecat. Lagi-lagi, obrolan ini masuk ke ruang persembunyian Bang Je Soo.
“Ahh dia terlihat lemah, tapi cerdas. Komandan Do, ingatanmu mungkin tumpul, tapi sebaiknya kamu tidak berkecil hati. Nanti keadaan tidak sesuai dengan rencana.”
Daaann entah apa yang dilakukan Bang Je Soo, dia sepertinya sedang berkomunikasi dengan para anak buahnya. “Pendengaran Kang Kwon Joo yang luar biasa tajam menjadi halangan bagi dunia baru yang akan kita ciptakan. Ini waktunya kita….”
Kemudian ada ahjumma menggedor pintu. “Haloooo…. ada orang?” Monitor pun dimatikan. Ternyata ada ahjumma yang kemarin ngomong sama satpam.
“Sebenarnya…ayolahhh… aku yakin masih ada ruang kosong. Apartemenku direnovasi selama sepekan karena badai. Izinkan aku menitipkan sofaku di sini ya? ayolah… jadilah tetangga yang baik.”
“Maaf tapi tidak ada ruang kosong. Jika kamu menitipkan sofa di sini, akan segera berjamur. Aku harus kembali bekerja.”
“Tunggu. Tapi…” dan pintu langsung ditutup. Ahjumma yang mengomel sendiri bahwa senyum Bang Je Soo adalah topeng. Sementara itu banyak belatung di bawah kaki ahjumma.
Lewat CCTV di monitornya, Bang Je Soo melihat ahjumma yang kembali memarahi satpam.
***
Kwon Joo ada di luar sendirian dan sedang mencari makan. Tiba-tiba dia mendengar “incar telinganya…. incar telinganya… incar telinganya…”
Karena tidak fokus. Kwon Joo hampir tertabrak motor dan dia menjatuhkan makanannya. Seorang pria membantu mengambilkan makanannya, dia adalah Bang See Jo. Dan tentang incar telinganya adalah suara dari ayah yang menyuruh anaknya menarik telinga boneka dari pancingan boneka.
“Anda dari Tim Golden Time? Suatu kebanggan. Aku bekerja di cabang Mandal.”
“Kamu penjaga pantai?”
“Ya. benar. Menurutku, Tim Golden Time menabjubkan. Orang yang rela berkorban demi orang lain adalah utusan dewa. Itulah yang selalu aku pikirkan. Peduli dengan orang lain dengan tulus di zaman sekarang sulit dilakukan. Maaf atas ocehanku. Aku akan terus mendukung Tim Golden Time. Semoga sukses.” Bang Je Soo pun pergi.
***
Ada obat di samping Kang Woo. Kemudian suara ahjumma, “Ini sudah dua kali dalam 6 bulan, serangannya makin sering kambuh. Jika begini terus, serangannya bisa berlangsung lebih dari 30 menit. segeralah periksa ke rumah sakit.” Kang Woo mengangguk dan mengambil obat tersebut.
Kemudian Kang Woo di kamarnya memikirkan tentang kasus. Dia menduga bahwa pelaku sebenarnya diam-diam mengamatinya. Dan Kwon Joo mengirimkan pesan berisi ucapan terima kasih atas video penelusuran Dok Ki. Kwon Joo juga menaruh makanan di depan pintu. Bukan hanya itu, ada kotak P3K juga.
Dan ada Dok Ki yang tiba-tiba muncul, “Tampaknya ada wanita yang mengurusmu. Aku membelikan sesuatu, tapi siapa yang menaruh makanan di sini? Direkur saluran siaga yang cantik itu ya?”
“Jangan mengigau.”
“Entah kenapa, kamu tidak terasa menyerankan hari ini. kamu beruntung, dia tipeku.”
***
Di rumahnya. Kwon Joo yang sedang bersih-bersih mendapatkan pesan dari Do Kang Woo bahwa dia tidak usah melakukan hal yan tidak perlu. Dan tiba-tiba ada telpon dari istri mendiang komandan Jang. Mi Sook mengatakan bahwa kapan-kapan akan mengantarkan makanan untuk Tim Golden Time.
***
Para ahjumma sedang bergunjing tentang pemuda unit 101 yang tidak mau memberikan tempat untu sofanya. Tak cukup itu, ahjumma juga mengatakan mengapa Ibu dari unit 101 tidak pernah keluar dari huniannya, jendelanya pun tidak pernah dibuka walaupun udara sangat panas. Tak cukup itu, gunjingan bahkan bertambah. Ahjumma mengatakan bahwa ibu pemuda unit 101 adalah seorang wanita penghibur.
Dan semuanya didengarkan oleh Bang Je Soo.
Ahjumma yang lain pergi. Sementara sebut aja ahjumma yang punya sofa naik ke lift bersama dengan Bang Se Joo. Ahjumma mengatakan dia menyewa tempat dengan harga 150 dolar untuk menyimpan sofanya. Dan berpesan pada Bang Se Joo agar jika Ibunya menyetel lagu puji-pujian jangan keras-keras. Ia tidak akan masuk surga karena hal itu.
Bang Se Joo marah. Lift diberhentikan. Ahjumma dipukuli oleh Bang Je Soo.
“Kamu lebih rendah daripada serangga. Kamu tahu semut? Di antara milyaran semut, ratunya hanya satu bukan?” Bang Je Soo mengeluarkan gunting pemotong tanaman. “Bahkan semut memiliki hierarki dan aturan. Manusia selalu bertindak semaunya. Manusia tidak punya sopan santun. Selalu saja mengaku yang terbaik. Itu masalahnya.”
“Tunggu. Apa yang kamu lakukan? Hentikan ini. Ucapanku sudah keerlaluan. Hentikan… aku salah.”
“Astaga. Aku melakukan ini karena kasihan kepadamu. Seandainya kamu punya sedikit rasa malu. Hidup yang seperti sampah bisa berlangsung lebih lama.”
Kemudian pukulan demi pukulan menggunakan gunting pun dilakukan.
Dan ternyata itu adalah khayalan belaka…. edan.
***
Bang Je Soo masuk ke kamar ibunya. Dia membawa kotak kardus. “Aku memberikan soal tentang Kain dan Habel ke Do Kang Woo. Dia berhenti mengelak. Seharusnya dia mengingat cerita itu. itu kunci yang sangat penting.”
Bang Je Soo membawa alat pemutar piringan hitam. “aaah yaaa… aku bertemu dengan wanita itu tadi, aku sangat menginginkan telinganya. Aku ingin menunjukkannya pada Ibu. Tahu apa yang terjadi hari ini? ada serangga lain yang membuatku kesal. Kurasa aku harus segera menyingkirkannya. Seperti biasa, aku harus membasmi mereka sebelum bertelur. Karena ada kasus Do Kang Woo dan sebagainya, aku akan sibuk selama beberapa hari. Bersabarlah Bu, semuanya akan segera tuntas.”
***
Na Hong Soo bertemu dengan Detektif Yang Choon Byung. “Aku tidak menemukan datanya di rumah sakit. Untuk obat psikotropika, kita tidak akan menemukan hasil lewat jalur legal kerena dibatasi oleh peraturan.”
“Do Kang Woo cerdas. Dia pasti menemukan cara untuk lolos. Ada hal lain yang aneh?”
“Tidak ada.”
“Pantu terus.”
“Hyung-Nim. Benarkah Do Kang Woo yang menjadikan Na Hyung Joon seperti itu?”
“Kenapa? pikirmu aku mencurigai orang yang tidak bersalah?”
“Tidak. Maafkan aku.”
***
Kemudian flashback percakapan antara Na Hong Soo dan mendiang adiknya.
“Kenapa? Do Kang Woo mengasarimu?”
“Tidak. Sebenarnya, Kang Woo…”
“Itulah sebabnya aku melarangmu bekerja sama dengannya. Dia memanfaatkanmu. Berapa kali sudah aku katakan? Kamu tidak cocok menjadi polisi. Seharusnya kamu lulus kuliah dan menjadi guru.”
“Bukan itu. kurasa Kang Woo agak aneh belakangan.”
“Apa maksudmu?”
“Akhir-akhir ini, dia lupa semua yang pernah dilakukannya untuk sejenak. Itulah alasannya minum obat.”
“Obat? Obat apa? Dia mengkonsumsi narkoba?”
“Yang benar saja. bisakah kamu berhenti mengusiknya? Seharusnya aku tidak memberitahumu. Lupakan saja.” Kemudian adik Na Hong Soo mendapatkan telpon. “Yaa kang woo, aku akan segera ke sana.”
Esoknya. Adiknya ditemukan tewas di perahu.
Dalam hati Na Hong Soo, “Do Kang Woo, ada yang kuketahui selah 30 tahun menjadi anggota satuan Jatanras. Faktanya, pembunuh memiliki sifat haus darah. Sekuat apapun kamu berpura-pura menjadi detektif. Dan bersembunyi di balik Tim Golden Time, sifat haus darahmu, akan terkuak dengan sendirinya.”
***
Agen Jin mengobrol dengan para Tim Golden Time (Kang Woo, Joon Ki dan Gwong Soo) tentang dia yang ketahuan meretas. Agen Jin juga mengatakan kemungkinan besar pelaku tahu cara meretas karena dia merasa pelaku lebih selangkah darinya.
Dan Agen Jin sebelum pergi mengatakan, “ada rumor mobil box. Ada korban yang gantung diri saat investigasi tahun lalu. Ternyata dia bunuh diri karena kebencian mendalam. Jika menunggu di sini sendirian sambil menyalakan radio… “ini tidak adil… ini tidak adil” (sambil menyalakan lampu di wajah). Berhati-hatilah saat turun hujan.”
Hahahahah….
Agen Jin nakut-nakutin para dektektif.
Berlanjut ke bagian 3 yaaaa… klik di sini.