Sinopsis Drama Korea Terius Behind Me Episode 9 Part 1 – Sebenarnya, saya tahu kok kalau kalian sangat antusias dengan drama Terius Behind Me, jadi pas pagi-pagi kamis saya buka blog. Eh ada yang cari Terius Behind Me yang episode paling baru. Saya kasih tahu dulu yaaa…

Drama ini emang ada pas hari kamis dan jumat waktu Indonesia. Tapi, sub indo itu nggak langsung ada. saya nonton dari viu, buat yang biasa nonton di viu premium, sub indo itu paling cepat nongolnya sore, bahkan yang malam pun ada.

Kenapa saya nggak cari tempat mengunduh drakor yang lain saja? alasannya cukup sederhana tapi ngaruh banget. Tempat unduhan yang lain itu terjemahannya kurang bagus. Kurang luwes. Viu harus saya akui emang terbaik dengan harga yang cukup mahal untuk langganannya.

Jadi, mohon kesabarannya saja. karena mimin juga kerja dari pagi hingga sore. Biasanya buatnya yaa baru bisa malamnya atau paginya. Itupun kalau tidak sibuk atau kebetulan libur sendirian dan tentunya sehat-sehat saja. Kalau mau tahu update dari besoksore.com. bisa ikuti di facebook atau twitter yaaaa… langsung muncul soalnya kalau ada tulisan baru.

Terima kasih *maap malah curhat dulu.

Langsung ke sinopsis yaa…

***

Bon dengan mobil birunya yang mewah pergi menyelamatkan Ae Rin (gileee cuy mobilnya, warna biru oskadon).

Ae Rin disekap dan diikat di kursi. Mulutnya dilakban warna hijau Promag (yaakk obat-obatan lagi).

(aku akan mati tanpa seorangpun tahu? Bagaimana dengan Joon Soo dan Joon Hee?Astaga, tolong selamatkan aku.) yekkk udah tahu ya? kalau di dalam kurung itu artinya dalam hati.

Seorang pria dengan setelan jas nampak menghampiri Ae Rin. Ae Rin menatapnya.

***

Dengan mobil mewah oskadonnya, Bon melaku menuju Hannam. Tahunya dari mana? Saat Bon main-main ke markas King’s Bag, ada stiker love pelacak lokasi, naaahh Bon nyolong dari situ tuh. Dan stiker love ditempelkan ke hati saya tas milik Ae Rin.

***

Agen Yoo yang kelamaan nunggu akhirnya masuk ke resto tepat si bos mengadakan rapat. “Kapan kedua pria itu pergi?” Tanya Agen Yoo pada dua orang pramusaji yang sedang membereskan meja.

“Sudah lama. Mereka lewat pintu belakang.”

***

Pria yang ada di hadapan Ae Rin adalah Yong Tae.

Yong Tae membuka lakban hijau promag dari mulut Ae Rin.

“Kenapa kamu begitu terkejut?”

“Pak Jinm kenapa kamu melakukan ini? apa salahku? Kenapa anda membawaku ke sini? menakutkan sekali.”

“Kamu sungguh ingin tahu alasannya?”Yong Tae mengambil kursi dan duduk di hadapan Ae Rin. “Go Ae Rin Sshi. Kamu tahu cerita rakyat berjudul Bluebeard? Dalam ceritanya ada wanita yang mengabaikan larangan masuk dan malah masuk untuk memperpendek hidup mereka. Kamu tidak mendengarkan. Kenapa? bagaimana aku bisa tahu?”

***

Kilas balik. Jin Yong Tae ada di hotel di Milan. Saat sedang minumb bir. Dalam ponselnya ada peringatan. Dan langsunglah terlihat Ae Rin yang terlihat berada di ruang rahasia.

“Sedang apa dia di sana?”

***

Ae Rin terdiam.

“Aku sungguh minta maaf Pak. Maafkan aku. Aku hanya ingin tahu tas yang kurusak. Kurasa mungkin lebel harganya ada di ruangan itu atau mungkin ada informasi soal barang impor. Aku hanya penasaran.”

“Bukankah aku sudah bilang tidak usah mengganti rugi? Kamu mengabaikan ucapanku?”

Asisten Yong Tae mengetukkan kayu besar di lantai. “Anda akan memukulku dengan itu?”

“Kenapa? kamu takut?”

“Ya… kurasa itu akan sangat menyakitkan.” Kayu dipukulkan lagi.

“AWASS,,, kami sedang bicara.” Ucap Yong Tae. Wkwkwk kok lucu ya? Yong Tae melanjutkan. “Mungkin akan sangat menyakitkan. Tapi semuanya terserah padamu, jadi katakan yang sebenarnya.”

“Baik. Akan aku katakan segalanya. Akan aku katakan semua yang ingin anda ketahui, jadi tolong jangan pukul aku.”

“Kenapa kamu memotret tasnya?”

“Itu… sebenarnya tas itu kubawa pulang setelah ketumpahan jus.”

“Apa?”

“Aku punya teman, yang sangat memahami urusan tas. Aku hendak bertanya kepadanya. Aku ingin memastikan harga tasi itu memang 100.000 dolar dan apa dia tahu mereknya. Kukira anda berbohong kepadaku. Tapi dia bilang belum pernah melihat merek itu. dia bahkan belum pernah melihat nomor seri itu.”

“Lalu?”

“Saat aku masuk ke ruangan itu, di sana banyak sekali tas. Aku hendak memeriksa apakah tandanya sama, tapi nomor seri tas berbeda. Aku tidak berbohong. Aku memotret labelnya agar bisa bertanya pada temanku.”

“Siapa temanmu itu?”

“Ibunya teman anak-anakku.”

“Jadi, kamu menunjukkan foto itu kepada temanmu?”

“Belum. Fotonya ada di diksa lepas. Aku berkata jujur.”

Tas Ae Rin dimuntahkan isinya, “Di mana usbnya?”

“Di dalam kantong tasku.” Yong Tae kemudian menemukan diska lepasnnya.

“Ada lagi? Kamu punya fail lain?”

“Ada di komputer kerjaku. Di diska C. Ada folder namaku. Yang asli ada di sana.”

“Bagaimana dengan di ponsel? Tidak ada?”

“Tidak ada. sudah kuhapus semua. Memorinya tidak cukup (masakk iyaaaa galaxy s9 memori nggak cukup), jadi aku hapus semua kecuali foto anak-anakku. Pak Jin, aku ingin bertanya. Tas-tas itu begitu penting? Sampai anda menculikku?”

(tampaknya dia tidak tahu.). “Go Ae Rin Sshi.  Kenapa kamu menghadiri pemakaman itu?”

“Sebenarnya, aku berbohong tentang sesuatu.”

***

Mobil biru oksadon sudah sampai di tempat. Beberapa pria nampak berjaga-jaga. Dan langsung terjadi baku hantam diantara Bon dan para preman.

Bon berhasil menumbangkan mereka.

***

“Kukira Anda akan mendekatiku jika tahu suamiku sudah meninggal. Aku sengaja berbohong.”

“Apa? Astaaaagaaa sulit dipercaya.”

“Maaf karena aku salah paham. aku menghadiri pemakaman untuk menerima beberapa dokumen.”

(Akhirnya dia bilang suaminya sudah meninggal).

Ada suara-suara di luar. Yong Tae meminta untuk memeriksa. dengan sekali pukulan, preman pembawa kayu langsung tumbang oleh Bon.

Yong Tae mulai resah, “Kenapa dia lama sekali?”

“Ada apa?” Tanya Ae Rin.

Yong Tae menelpon dan telpon yang dituju sedang tidak aktif.

Yong Tae melepaskan ikatan Ae Rin dari kursi. “Berdiri. Ambil barang-barangmu dahulu. Cepat…. ayo keluar dari sini.”

Ae Rin selesai memunguti barangnya dan dimasukkan ke tas.

“Baik. Kamu jalan di depan.” Ucap Yong Tae. Wkwkwkwkwk

“Aku?”

“Lantas seharusnya aku? Diamlah dan jalan saja.”

“Bagaimana jika aku yang dipukul lebih dahulu? Aku tidak boleh terluka. Sungguh tidak boleh.”

“Aku juga sama. tidakkk… aku lebih tidak boleh terluka.” Ucap Yong Tae.

“Anda seorang pria. Aku punya dia anak. Akan sangat merepotkan jika aku cidera.” Yong Tae pun menutup mulut Ae Rin.

“Diamlah…”

***

Bon menunggu di luar dengan senjatanya. Kepala Ae Rin tiba-tiba nongol. Bon pun malah mundur dan sembunyi.

“Tidak ada apa-apa.”

“Tidak ada? periksa yang benar.” Ucap Yong Tae.

Ae Rin keluar dan melihat para preman seperti ikan pindang dijemur. “Semua pria itu…tergeletak di tanah. Mungkin mereka dipukul.”

Jin Yong Tae tiba-tiba langsung ngacir ketakutan dan langsung masuk mobil. Ae Rin pun ingin ikut.

“Pak Jin, izinkan aku ikut. Tempat ini terlalu terpencil untuk naik taxi.”

“Kamu bisa pulang sendiri. mulai hari ini, kamu dipecat. Paham?”

Ji Yong Tae pergi dengan mobilnya. “Teganya Anda meninggalkan wanita di tempat seperti ini sendirian. Astagaaa… seharusnya anda mengantarku meski memecatku!!! Aku takut sekali.”

***

Malam hari. Jalanan sangat sepi. Ae Rin berjalan sendiri dan bicara sendiri.

“Kenapa tidak ada jalan besar? Sebenarnya aku di mana?”

Ae Rin mendapatkan panggilan telpon dari Bon.

“Bon Sshi…”

“Kamu di mana? Kamu belum pulang.”

“Sebenarnya….”

Bon melihat dari belakang. Ae Rin berjalan dengan kelelahan. Tiba-tiba lampu menyorot padanya. Dan dengan gantengnya Bon muncul dari mobil biru oskadonnya.

“Bon…”

Ae Rin terduduk dan dibantu berdiri lagi.

“Kamu baik-baik saja?”

“Aku takut sekali. Tidak… aku hanya sedikit sakit. Sedikit.”

“Astagaaa… kamu sangat berani.”

***

Perbincangan berlanjut di mobil biru oskadon.

“Akhirnya aku dipecat.”

“Baguslah.”

“Apa katamu? Aku baru dipecat. Apanya yang bagus?”

“Bukankah kamu bilang perusahaanmu aneh?”

“Ya. dari yang kulihat hari ini, kurasa mereka semua gangster. Mereka hampir memukulku dengan sebongkah kayu.”

“Kamu terluka?”

“Tentu saja tidak. Bukan aku. Saat kita bertelpon, kamu menyurhku memastikan tidak ada orang asing di sekitar dan melarangk memberitahukan permbicaraan kita kepada orang lain. tampaknya kamu tahu aku dalam bahaya. Bagaimana kamu tahu?”

“Begini… sebenarnya,,”

“Apa kamu punya kekuatan supernatural?”

“YA. Sebenarnya aku bisa melihat masa depan.”

“Sungguh?”

Berlanjut ke part 2 klik di sini.