Sinopsis Drama Korea Hide and Seek Episode 12 Part 1

Sinopsis Drama Korea Hide and Seek Episode 12 Part 1 – Episode sebelumnya bisa kamu baca di sini. Untuk selangkapnya kamu bisa baca tulisan yang ini.

“Kenapa? kam tidak ingat? Aku yakin kamu ingat. Pengantin kabur, cinta seumur hidup, dan Jembatan Seoul.” Moon Jae Sang mencoba mengingatkan.

“Taesan Hotel. Aku bahkan membelikanmu baju.”

Kemudian kekasih Jae Sang datang.

“Kalian berdua sedang apa? Ada kekacauan apa ini?”

Kemudian Yeon Joo pun lari ke luar tanpa mengatakan apapun pada Moon Jae Sang.

***

Jae Sang akhirnya mengirimkan pesan, “kita harus bicara dan menyelesaikan kesalahpahaman. Dari penyelamatmu.”

Mereka berdua akhirnya bertemu di hotel.

Jae Sang ngomong sendiri… “Ahhh mengapa harus berbuat sejuah ini. apa pentingnya dia?”

Kemudian Yeon Joo datang.

Jae Sang mulai menyombong, “Jangan terkejut. Baginilah aku yang sebenarnya. Sebelumnya hanya kesalahan yang tidak disengaja. Itu sepenihnya berbeda denganku yang biasanya. Itu kesalahan kecil dalam kehidupan panjangku. Aahhh rupanya kamu terkejut. Sudah kubilang jangan terkejut. Lagi pula, tidak masuk akal jika tidak terkejut dengen penampilanku.”

“Terima kasih atas bantuanmu hari itu. tapi apa intinya?”

“Inti? aku terus membicarakan itu di sini.”

Yeon Joo hendak pergi namun dihalangi oleh Moon Jae Sang. “Hei. Kamu tidak boleh pergi begitu saja. selesaikan kesalahpahaman ini. kamu menganggapku pria yang bermalas-malasan di rumah selingkuhanku saat ini.”

“Itu rumah selungkuhanmu?”

“Apa? Astaga… astaga, bukan itu intinya.”

“Aku pamit jika sudah selesai bicara.”

“Masih ada yang mau aku katakan. Masih banyak yang mau aku katakan.”

“Apa?”

Moon Jae Sang masih gagap. Ia melihat tas yang dibawa Yeon Joo. “Apa lagi? Aku tertarik pada kosmetikmu. Akan kubeli semua yang ada di sana. Jadi, keluarkan. Tunggu apa lagi. Keluarkan.”

Karena Yeon Joo diam saja. Jae Sang malah bicara terus. “Kamu mau berapa banyak? Beri tahu aku.”

***

Di sisi lain ada Tuan Hwang yang sedang menyaksikan kelakukan Jae Sang ini di depan umum. Ia langsung mengadu pada pimpinan.

“Kamu mau berapa banyak?…. dia terus berteriak di siang bolong di ruang tunggu hotel kita saat orang-orang melihat. Semua pesdir menyaksikan itu, kita harus bagaimana?”

“Pak Hwang, apa kamu ke sini untuk memancing kemaranku sekarang? apa terasa menyenangkan saat membuatku kesal?”

“Belum lama sejak insiden pusat perbelanjaan diselesaikan. Aku tidak melaporkannya padamu agar tidak khawatir tapi kamu tahu apa yang dikatakan orang lain tentang insiden pusat perbelanjaan terakhir?…… dia harus turun dari posisinya jika punya kesadaran. Dia berulah karena didukung pimpinan. Itulah yang orang katakan.”

***

Pimpina akhirnya mengundang Eun Hyuk.

“Terkadang, saat melihatmu, kupikir akan bagus jika kamu menjadi putraku alih-alih Jae Sang. Tapi tidak ada yang lebih menakutkan daripada keturunan sendiri. sama seperti kamu yang punya darah ayahmu di tubuhmu, darahku mengalir dalam tubuh Jae Sang entah aku suka atau tidak. Dia membuat masalah tidak terduga. Tapi saat tidak ada yang tahu isi pikirannya, kamu berbeda. Seolah-olah kamu bisa membaca setiap detail tentangnya. Orang lain mungkin mengatakan kamu mengawasinya dengan penyadap atau semacamnya. Menurutmu, kenapa aku membiayai pendidikanmu? Mengapa aku mengutusmu menjadi supirnya? Karena aku mau kamu mengubahnya menjadi lebih baik tanpa membiarkan orang lain tahu.”

“Apa maksud anda?”

“aku selalu jelas jika berkaitan dengan kompensasi. Amankan sekelilingnya dahulu. Singkirkan setiap wanita di sisinya. Ayo, jadikan berandalan itu kepala perusahaan ini.”

***

Do Hoon mendapatkan informasi bahwa anak Jo Pil Doo menghilang usai diadopsi dari panti asuhan.

“Jo Sun Min, putra Jo Pil Doo. Menghilang?

***

Eun Hyuk berjalan di lorong. Ia mengingat ucapan pimpinan tentang darah pimpinan yang mengalir di tubuh Jae Sang.

“Aku ingin mengeluarkan, tiap tetesan darah yang mengalir di dalam tubuhku. Apa yang membuatnya lebih hebat dari putranya?”

***

Min Chae Rin menunggu Yeon Joo di jembatan.

“Kenapa kamu tidak menerima panggilanku?”

“Harus kujawab? Aku memintamu untuk tidak menemui Ibuku karena pikiranku sedang kacau. Meski berkali-kali aku pikirkan, perlakumu hari ini tidak masuk akal. Itu tidak masuk akal. Kamu tidak menyadari bagaimana anehnya kamu?”

“Lalu apa kamu tahu betapa anehnya kamu sekarang?”

“Apa?”

“Apa yang membuatmu begitu kesal? Aku tidak tahu apa yang membuatmu begitu takut sampai menemiku di sini.”

“Aku memperingatkanmu. Jangan pernah bertemu Ibuku lagi. Jangan pakai baju yang dia berikan padamu. Baju-baju itu bukan untuk sembarang orang. Untuk apa kamu memakinya jika kamu bukan Soo A?” (LAAAHHH GIMAANA ELU JUGA BUKAN SOO A).

“Kamu marah karena aku memakai baju adikmu? Atau kamu tidak suka perhatian Samunim kepadaku? Kamu takut aku akan menggantikan adikmu yang hilang?”

“Ha Yeon Joo Sshi.”

“Chae Rin. Jangan berulah. Kamu dan aku sebaya. Kenapa aku harus bersikap sopan padamu jika kamu tidak? Kamu tampak menyedihkan sekarang. kamu terlihat seolah-olah ketakutan bahwa adikmu yang hilang mungkin kembali. Jangan-jangan ada alasan Soo A tidak boleh kembali? Apa itu rahasia yang tidak boleh diketahui dunia?”

“PERHATIKAN UCAPANMU.”

“Kamu tahu? Orang-orang yang tumbuh dengan kasih sayang tidak akan melakukan itu. aku disayangi Ibuku sampai aku tumbuh dewasa, jadi tidak gelisah jika ada yang ingin mengambilnya dariku. Hanya orang-orang yang haus kasih sayang saat kecil yang bersikap menyedihkan sepeti itu.”

Min Chae Rin akan menampar Yeon Joo. Namun Yeon Joo menangkis, “Ada apa denganmu? Kenapa kamu melakukan ini padaku?” Ucap Chae Rin.

“Jika situasi kita ditukar… jika aku seorang pewaris keluarga konglomerat dan kamu bukan apa-apa seperti aku… maka situasinya akan berbeda.”

“Itu tidak akan terjadi. Maka sadarlah.”

“Kali terakhir. Kamu memintaku menjadi temanmu. Aku sudah memikirkannya. Kita tidak bisa menjadi teman. Tidak akan.”

Yeon Joo kemudian pergi.

Min Chae Rin terus memikirkan ucapan Yeon Joo saat menyetir… “Min Soo A, seharusnya dahulu, aku tidak membiarkanmu pergi seperti itu.”

***

Jo Pil Doo masih dalam usahanya mencari anak dari Ibu Yeon Joo yang dioperasi jantungnya. Ia sampai diusir keluar oleh keamanan. Lha dia sampe nangis kelojotan di lantai….

Namun, saat usahanya masuk ke lobi kembali.. ada Geum Joo yang ia tabrak dan Geum Joo menjatuhkan obatnya… seorang perawat menolong Geum Joo.

“Kamu ke sini untuk mengambil obat lagi?”

“Ya. aku mau pulang sekarang.”

“Aku senang kamu sehat sekarang.”

“Para Dokter merawatku dengan baik, bahkan setelah operasijantung 20 tahun lalu, aku baik-baik saja seperti ini.”

Jo Pil Doo yang mendengarkan obrolan itu langsung melihat Geum Joo. Ia mengingat kejadian 20 tahun lalu.

“Kamu membutihkan biaya rumah sakit untuk putrimu. Geum Joo? Kamu mau menyelamatkannya?” Ucap Pil Joo. Bagaimana dengan bayimu Dong Joo? Bagaimana kamu bisa membesarkannya?”

“Ha Geum Joo… operasi jantung. Ini dia.”

Pil Joo mengikutinya hingga naik bus. Saat tujuan Geum Joo adalah pasar. Pil Joo bersorak kegirangan karena sesuai dengan informasi ahjumma dulu.

Pil Joo mengikuti Geum Joo sampai ke toko.

Ia jelas melihat ahjumma (Ibu Yeon Joo) yang ia cari selama ini.

Langsung saja… Pil Joo masuk ke dalam kedai (Restoran Putri Kaya). saat akan masuk. Ia berbarengan dengan Yeon Joo yang akan masuk.

Namun, di pintu, Yeon Joo mendapatkan panggilan telpon dan tidak jadi masuk ke restoran Ibunya. Pil Joo lah yang masuk. Ahjumma langsung panik. Ia mengatakan bahwa barang baku habis dan akan menutup tokonya.

“Kita sudah lama tidak bertemu. Sudah 20 tahun. kamu tidak pernah mengancani siapapun?”

Ahjumma ketakutan sampai tidak bisa membalikan badannya, “Aku tidak tahu siapa kamu. tapi kubilang kami sudah tutup karena kehabisan bahan-bahan.”

“Kamu sungguh tidak mengingat aku?”

“Tidak. Aku tidak mengenalmu bahkan jika aku mati.”

Pil Joo mendudukan Ahjumma, “Bagaimana sekarang? kamu pasti mengingatku sekarang, Jo Pil Doo. Lihat dirimu (bekas luka bakar di wajah) kamu menyelamatkan anak dari kebakaran. Ini luka insiden itu? kamu melakukan kejahatan? Ada apa dengan wajahmu itu?”

“Kembalikan saja yang kutinggalkan denganmu 20 tahun lalu.”

“Apa yang kamu bicarakan? Kamu memintaku mengembalikan apa?”

“Sesuatu yang aku tinggalkan bersamamu. Anak yang kusembunyikan 20 tahun lalu.”