Review Drama Korea Alice (2020)

Review Drama Korea Alice (2020) – Yaaappp. Kalau yang sudah biasa baca ulasan di besoksore. Tulisan mengenai ulasan hanyalah tulisan tambahan komentar saja. Di tulisan yang ini untuk kesan pertamanya. Silakan baca dulu buat yang mau lihat profil, sinopsis singkat, dan kesan pertama untuk kisah di awal.

Tenang saja. Pada tulisan ini saya akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak spoiler.

Untuk isinya sendiri semuanya berdasarkan pendapat pribadi usai menonton keseluruhan sampai dengan 16 episodenya.

Sebagai pengingat kembali. Ini profilnya yang diambil dari asianwiki.

  • Drama: Alice
  • Revised romanization: Aelriseu
  • Hangul: 앨리스
  • Director: Baek Soo-Chan
  • Writer: Kim Kyu-Won
  • Network: SBS
  • Episodes: 16
  • Release Date: August 28 – October 24, 2020
  • Runtime: Friday & Saturday 22:00-23:10
  • Language: Korean
  • Country: South Korea

Kalau Lihat Rating!!!!

Kalau lihat rating. Drama ini ada pada posisi yang cukup baik hingga tayangannya selesai. Artinya cukup mendapatkan perhatian dari penonton di korea.

Untuk saya sendiri di kesan pertama cukup bisa ditangkap dan jelas penggambarannya. Tapi, bagaimanakah setelah episodenya berlanjut sampai akhir?

Pada Episode Pertengahan, Saya Merasa Kelelahan

Usai kesan pertama. Saya mulai rutin nonton saat episode barunya muncul. Kemudian cerita berlanjut mengenai kisah profesor Yoon Tae Yi yang diminta oleh Jin Gyeom mengenai penyelidikan kartu yang ia punyai atas peninggalan Ibunya dan kematian Ibunya yang ingin ia selidiki.

Ada juga kisah tentang klien dari Alice dan itu kok… agakkk emmmm gitulah. Kurang membekas aja. Kalau hanya menceritakan dunia Alice dan perjalanan waktu. Kisahnya jalan terus sampai akhir.

Joo Won dan para Aktris dan Aktor Pendukung yang Nggak ada Masalah

Nggak ada masalah untuk urusan aktingnya. Semuanya main oke sekali. Bahkan peran tambahannya.

Untuk sisi Joo Won juga saya senang lihat dia kembali main drama. Mungkin dari sisi Joo Won yang saya rindukan adalah senyumnya. Pada drama ini, Joo Won nampak sangat muram dan banyak tekanan seperti banyak utang.

Pada Akhirnya, Saya Nggak Terlalu Suka

Secara keseluruhan. Mian sekali. Saya nggak terlalu suka sama dramanya. Bukan dari kualitas aktingnya. Tapi karena tema perjalanan waktu pada akhirnya nggak pernah cocok sama saya yaa? kecuali yang kisahnya Jang Nara yang jadi IRT itu. hahha.

Mungkin karena Alice adalah kisah yang cukup berat berdasarkan dengan teori fisika sana dan sini.

Sama seperti dramanya Om Limin yang kemarin, di mana ada kisah perjalanan satu tempat ke tempat lain dengan teori.

Peran utamanya pun ada yang jadi profesor di bidangnya. Itu tuhh… eeemmm yaaaa. Gitulah.

Memahami bahwa orang yang sama persis pada DNA dan bentukan. Tapi kemudian secara kisah bisa lain lagi. Itu agak berat di kepala saya.

Kisahnya juga ada tentang tembak sana dan sini. Tentang pindah dari satu waktu ke waktu yang lain semacam drama korea yang nggak bisa diajak “santai dikit.”

Ibaratnya kamu kedip dua kali aja. Bisa membuat pemahaman akan drama ini menjadi membingungkan. Hahhaha.

Kisah reset waktu. Kayaknya nggak pernah “nyambung” di diri saya.

Kemudian ketika melihat kisah keseluruhan. Ternyata bianynya adalah diri mereka sendiri yang melewati lorong-lorong waktu.

Kecewa Kah Min?

Nggak terlalu sih. Hanya saja secara keseluruhan bukan selera saya. Saya mengalami kelelahan di pertengahan.

Ketika kisahnya menuju akhir. Saya melihat para pemain yang sebenarnya memperumit kisah hidup mereka sendiri.

Huh.

Itulah guys, jangan main-main sama waktu.

Mari kita lihat sisi waktu pada diri sendiri…

Bagi saya, waktu adalah nikmat Tuhan pada makluknya yang nggak bisa dipegang. Ketika kamu menuliskan waktu katakanlah 10.00 esok hari. Ketika waktu itu datang, hanya satu detik saya kemudian waktu menjadi berubah lagi.

Kita hanya punya masa kini yang sedang kita jalani. Kita tidak berada pada masa lalu. Kita tidak bisa mendatangi masa lalu karena sudah berlalu. Kesedihan yang ada di masa lalu hanyalah masa lalu.

Kemudian mengenai masa depan yang selalu kita khawatirkan. Takut tentang usia. Apabila si A dibunuh maka tidak ada di masa depannya. Huh….

Kekhawatiran tentang masa depan hanyalah ilusi. Bisa jadi tidak terjadi. Orang yang terlalu memikirkan masa depan hidupnya tidak akan tenang. Kita hanya punya kesempatan memilih di masa kini yang bisa jadi hanyalah penyebab teknis di masa depan.

Kembali ke Alice.

Bagi saya, endingnya terlalu dipaksakan harus “begitu”. Seakan harus sekali membuat “bahagia” dengan sudut pandang tertentu.

Eehh kan nggak boleh spoiler yaak? Segitu nggak spoiler kan ya?

Kesimpulnnya? Review Drama Korea Alice (2020)

Huh.

Salah satu drama 2020 yang saya rasakan cukup melelahkan. Tapi saya mampu menyelesaikannya.

Oke secara cast.

Namun karena banyak materi di tengah dan liuk-liuk kisahnya, drama ini punya potensi besar untuk penontonnya mengernyitkan dahi, kesal, dan bertanya-tanya sendiri. Kalau saya sih begitu. Bukan drama yang menyenangkan. Dibilang daebak juga belum.

Sampai jumpa di masa depan. Semoga ada drama yang daebak.

Terima kasih telah membaca besoksore.

You May Also Like

8 Comments

  1. Jujur aku masih stop di episode 8 (atau 16?) karena romance-nyabtoo much dan banyak banget bagian ga perlunya. Padahal di awal menarik banget menurutku. Jadi bingung mau lanjut atau ga mengingat drama search dan kairos terlihat sangat menggoda haha

    1. saya sarankan udah aja kalau udah nggak sreg.
      itu kelanjutannya sampe akhir malah nggak sekece diawalnya. *mian yaaa Alice. saya berusaha jujur. hoho.

  2. Cuma mau komen.setuju banget bagian ‘cocok sm dramanya Jang Nara yang jadi IRT’ 🙂 salah satu favorit.

  3. aku sih udh berenti nonton dri episod brp yh lupa lh hahah,
    niat hati pengen lanjut nunggur review dari mimin dulu dn ternyata ga greget ydh lah ga jadi,

    aku berenti nonton kayanya aku agak sreg di hati kalo mereka itu jadian yh secara kn yg aku nalarin mereka itu emak dn anak yh ,tp ga tau deh krn di hati mikir gtu males aja jadi nya nonton 😆😆

  4. Q jg binun ko yg inget cm si profesorx doank, yg namax direset yg ilang smuax, truz kan lorong waktu ketutup pasti gvda dimensi Laen donk, lah ko si profesorx masih ada kan emakx ada, endingx kaya cerita Sangkuriang, pdhl dr awal mpe mo akhir dah bagus, knp akhirx jd koyo ngono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!