Resensi Isyarat Cinta yang Keras Kepala Puthut EA

Resensi Isyarat Cinta yang Keras Kepala Puthut EA

Resensi Isyarat Cinta yang Keras Kepala Puthut EA – Isyarat Cinta yang Keras Kepala adalah kumpulan cerpen kedua yang saya baca usai membaca Kupu-Kupu Bersayap Gelap. Dicetak pertama kali oleh Jendela januari 2004 dan yang ada ditangan saya adalah cetakan ketiga yang terbit maret 2016 oleh EA Books (pernah saya baca di kupu-kupu bersayap gelap bahwa Puthut suka menerbitkan bukunya di bulan maret, sama seperti bulan kelahirannya). Buku ini berisi 182 halaman (13×19 cm) dengan ISBN 978-602-1318-24-9.

Kumpulan cerpen ini berisikan 15 kisah yang diantaranya adalah ; Kamu, Ia, dan Kota Asing, Anak Laki-Lakiku, Pernikahan yang Hampa, Rumah Hujan, Empat Perempuan, Sebuah Peristiwa tentang Kematian, Ruang Harapan yang Kembali Lengang, Kitab Laknat : Mukadimah, Gadis Kecil dan Perempuan yang Terluka, Perempuan Tanpa Nama, Isyarat Cinta yang Keras Kepala, Cerita dari Lemari, Orang Terakhir yang Ditunggu, Seseorang Pergi Mencari, Tanpa Tanda Seru: Tiga Penggal Prosa-Lirik. Kemudian seperti biasanya bahwa ke sepuluh kumpulan cerpen tersebut pernah menjejaki majalah, koran, ataupun pernah dibaca dalam suatu kesempatan.

Membaca Isyarat Cinta yang Keras Kepala beserta sebuah epilog oleh Cep Subhan KM rasa-rasanya makin mengukuhkan pendapat saya bahwa Puthut EA merupakan salah satu cerpenis favorit saya sejauh ini. Lagi-lagi saya merasa baper saat membaca kumpulan cerpen ini. Bahkan jika dibandingkan dengan kumpulan cerita di kupu-kupu bersayap gelap, ini lebih bikin pembaca Puthut EA zaman now seperti saya lebih baper. Oh iya, buku ini juga diselingi dengan lembar berwana untuk membatasi cerpen satu dengan cerpen yang lainnya.

Tidak hanya kumpulan cerpen itu sendiri yang menarik, epilog yang ditulis oleh Cep Subhan KM juga sangat menarik. Dan saya amat sangat setuju bahwa Puthut amat sangat piawai mengisahkan kisah kesedihan, kisah yang lara, gadis menangis, kematian dengan amat sangat puitis. Iya. Jika ada kalimat pendek yang mampu menggambarkan kumpulan cerpen dalam Isyarat Cinta yang Keras kepala adalah “ini cerpen yang amat puitis dan mengalir”. Barangkali bukan hanya puitis, tapi punya nilai magis seperti kamar-kamar rahasia.

Favorit saya adalah  Kitab Laknat : Mukadimah. Satir tapi indah. Menarik pokoknya.

Resensi Isyarat Cinta yang Keras Kepala Puthut EA

Mengutip epilognya yang memang saya setuju sekali ;

Menulis adalah menanggung arti persetubuhan, demikian Freud menyatakan dalam Inhibitions, Symptoms, and Anxiety (1926). Freud memang hanya menyinggungnya sekilas; dia lebih fokus pada aspek “cara menulis” bukan pada “apa yang ditulis”. Lima belas cerpen Puthut EA yang sudah Anda baca, dengan demikian, adalah rahasia kamar yang dibukakan penulisnya pada dunia.

Bagaimana? Tertarik melihat bagaimana Puthut EA membuka dunia untuk kamu? Bersiapkah kamu melihat kamar-kamar rahasia itu?

Buku ini saya rekomendasikan untuk kalian yang suka cerpen yang berbau puitis alias kalimat-kalimat yang disusun memiliki gejala-gejala puitis. Cerpen ini juga sama sekali tidak berat walaupun banyak mengisahkan tentang kepedihan karena mengalir begitu saja.

Ahhh… sialan, lagi-lagi saya menyukai karya Puthut EA.

Kemudian saya juga ingin mengutip kalimat dalam Isyarat Cinta yang Keras Kepala ;

Kenangan tidak bisa dihilangkan. Kenangan hanya bisa dihadapi atau diperam dalam resiko membusuk di dalam. Aku menghadapinya. Menghadapinya. Menghadapinya.

Mmm… aku kangen kamu saat ini. (halaman 110)

Dan saya dapat kosakata baru “memeram”, menurut KBBI v menyimpan (rahasia, perasaan dan sebagainya); menyembunyikan; perasaan dalam hati.

Ahh itu berat. Kangen saja sudah berat apalagi memendamnya. Hehe.

Lagi-lagi saya harus berterima kasih pada Puthut EA karena sudah berkarya.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!